Jakarta –

Seorang pria Suriah berusia 20 tahun telah mengalami kebocoran otak selama 6 tahun. Awalnya, dia mengira itu pertanda pilek karena hidungnya terus-menerus meler.

Namun, kondisinya memburuk karena ia mengalami gejala seperti sakit kepala dan gegar otak. Kasus ini dipublikasikan di Journal of Medical Case Reports.

Peristiwa itu terjadi akibat kecelakaan sepeda motor orang asing. Dia mengalami cedera kepala, dengan sebagian otaknya menonjol di atas hidungnya.

Pada saat itu, orang tersebut dalam keadaan sadar dan responsif setelah kecelakaan dan tidak terluka. Akibatnya, ia memutuskan untuk tidak menjalani perawatan lebih lanjut dan dipulangkan dari rumah sakit.

“Dia kemudian mengalami sakit kepala terus-menerus dan pingsan, yang semakin parah meski sudah mendapat perawatan,” katanya seperti dikutip surat kabar itu, Jumat (20/20/2024).

“Kemudian 2 bulan yang lalu, pasien menderita meningoencephalitis (infeksi selaput otak) dan dirawat di unit perawatan intensif, di mana dia dirawat selama sebulan hingga sembuh,” tulis majalah itu.

Dia kemudian menjalani brain computerized tomography (CT) non-kontras dan pencitraan resonansi magnetik otak (MRI). Akibatnya terjadi patah tulang ensefalokel basal pada rongga hidung. Cairan yang keluar dari hidung adalah cairan serebrospinal (CSF), yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang.

“Jaringan otak, termasuk meningen, mengalami herniasi melalui fraktur tengkorak, dan ruang subarachnoid di belahan kanan melebar secara signifikan,” lapor jurnal tersebut.

Dokter menyarankan operasi untuk memperbaiki cederanya, namun pasien menolak pengobatan saat itu. Dua bulan kemudian, pasien menjalani MRI lagi, dan masih menunjukkan masalah yang sama.

Hasilnya, pasien bersedia menjalani operasi untuk mengembalikan jaringan dan material yang bocor dari rongga hidungnya ke tempat semestinya. Dokter juga menggunakan semen dan lem kelas medis untuk memperbaiki otak yang rusak dan memulihkan tengkorak yang retak.

“Pasien menjadi sakit pasca operasi dan dipulangkan 2 hari kemudian. Tindak lanjutnya normal pada bulan kedua pasca operasi,” jurnal tersebut melaporkan.

“Pemeriksaan fisik pasien menunjukkan bahwa hidung tersumbat, sakit kepala, dan kejang di rongga otak menghilang. Pencitraan MRI menunjukkan bahwa ensefalokel telah hilang seluruhnya, lebar ruang subarachnoid di belahan kanan menghilang, dan otak kembali ke ukuran normal. .” Majalah itu melanjutkan.

Tonton video “Gejala yang harus diperhatikan ketika seseorang mengalami cedera kepala” (suc/kna)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *