Jakarta –
Baru-baru ini, pengakuan seorang ibu di Surabaya, Jawa Timur, yang diberi steroid oleh babysitternya hingga mengalami obesitas, viral di dunia maya. Dia mengetahuinya setelah setahun menjalani pengobatan terus menerus.
Lingra Karthika yang mengalami kejadian tersebut mengatakan, putranya harus dirawat di rumah sakit akibat kejadian tersebut. Ia juga menyayangkan betapa mudahnya obat tersebut diperoleh tanpa resep dokter atau bahkan dibeli secara online.
Masalahnya, obat tersebut tersedia online secara gratis dan sangat murah, kata Lingra dalam postingan di Instagram. “Kalau begitu, kamu tidak tahu siapa yang harus bertanggung jawab.”
Terkait kejadian tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan perlunya lebih banyak pengawasan terhadap pembelian dan penjualan obat, terutama obat keras yang memerlukan resep dokter.
Pengawasan yang tidak memadai membuat penggunaan narkoba menjadi lebih mudah. Padahal obat ini bisa membawa manfaat baik bagi pasien yang membutuhkannya.
Kalau untuk kemudahan penanganannya mungkin kita sangat membutuhkannya, mungkin dari pengambil kebijakan, karena obat ini ada label K yang artinya obat yang memerlukan resep dokter, kata Ulo dari Pokja Koordinasi Endokrin IDAI. .
Selain itu, Dr. Agustini meresepkan steroid kepada setiap dokter dan penyedia layanan kesehatan sesuai arahan pasien. Perlu diingat bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh pengobatan.
Terkait regulasi, dia juga mengatakan perlunya lebih banyak pengawasan terhadap penjualan obat secara online. Penyesuaian harus dilakukan untuk mencegah kejadian serupa terjadi pada lebih banyak anak.
“Peraturannya perlu disempurnakan ya, karena harus pakai resep lain. Jadi dari cerita yang kemarin viral tentang bocah yang online tanpa perlu resep dokter, dia memberi banyak. Dicermati baik-baik,” kata IDAI. Tonton videonya (avk/kna) untuk menuntut peraturan penjualan obat keras.