Jakarta –
Di kawasan Pasar Rumput, Jakarta Selatan, penjualan sepeda menurun seiring semakin banyaknya minat masyarakat untuk bersepeda. Banyak toko terpaksa tutup karena sepi pelanggan.
Kode, salah satu pedagang yang berencana menutup tokonya dalam waktu dekat, mengatakan pada 2020-2021, jika aktivitas sepeda kembali meningkat, tokonya mampu menjual 20 sepeda dalam sehari.
Namun saat ini Kode tidak bisa menjual satu sepeda dalam satu hari. Faktanya, dia tidak mendapatkan satu pun penjual sampai detektifcom menyusulnya sore itu.
Banyak toko tidak mampu bertahan karena penurunan penjualan yang tajam. Apalagi mulai pertengahan tahun 2023, menurutnya situasi penjualan sepeda lebih buruk dibandingkan pandemi.
“Saat pandemi meningkat, tahun 2020 sampai 2021 banyak yang beli. penurunannya terus,” ujarnya kepada Detektifcom, Rabu (25/9/2024).
“Jadi lebih parah dari sekarang (sebelum pandemi). Banyak orang yang menganggur. Bahkan (dulu) orang berjualan sepeda di ujung (sepanjang Jalan Sultan Agun), sepeda bekas, sepeda baru, banyak yang tutup,” Kode menegaskan kembali.
Bahkan di Detikcom, Kode mengaku akan segera menutup toko sepedanya dalam waktu dekat. Karena dia tidak bisa membayar sewa toko dengan kondisi penjualan saat ini.
“Besoknya kamu tidak di sini, penghasilanmu tidak masuk ke Uber. Kamu bahkan tidak bisa menyewa. Kamu sudah delapan tahun di sini. Delapan tahun lebih parah,” ujarnya sambil tersenyum sedih.
Alih-alih duduk dengan wajah sedih, Kode mengaku masih berjualan sepeda di kawasan tersebut, namun bukan di toko melainkan di pinggir jalan.
“Kalau begitu, kita jualan saja di luar. Lagi pula, kita punya beberapa pelanggan. Kalau ada yang minta dicarikan sepeda, aku bisa bantu di toko sebelah, kan? Ya, kita bisa membagi keuntungannya sedikit.” katanya. membingungkan
Menurut Kode, pedagang lain bernama Rony dari kawasan Pasar Rumput mengatakan, penjualan sepeda di tokonya mengalami penurunan. Dia tidak bisa mendapatkan pelanggan dalam sehari atau bahkan seminggu.
“Saat ini penjualan sepeda mulai menangis. Bukannya turun, malah terpuruk, jauh (dibandingkan tahun-tahun sebelumnya),” kata Ronnie.
“Kalau dilihat dari akuntansinya negatif. Ke toko kelontong sering-sering setor, kalau tidak dapat pelanggan besok setor lagi. Kalau dapat penjual, bayar,” imbuhnya. Banyak ‘toko sepeda’ yang menjual sepeda daripada membelinya.
Kode mengatakan, alih-alih menerima pembeli, banyak orang yang datang ke tokonya untuk menjual sepeda bekas. Sebab, menurutnya, banyak dari mereka yang dulu mengikuti tren bersepeda tidak mau melanjutkan aktivitasnya.
“Lebih banyak orang yang datang untuk menjual daripada membeli. Ya, penjualnya banyak, tapi apa yang tidak bisa dibeli? Di sini kami belum menjual sepeda,” ujarnya saat diwawancarai detikcom, Rabu. 25/9/2024).
“Iya mungkin karena mereka sudah tidak mau bersepeda lagi. Lihat saja CFD (Car Free Day), dulu banyak orang yang bersepeda, sekarang mereka ke sana naik sepeda motor lalu jalan kaki. Sekarang jarang sekali yang bersepeda,” lanjut Code .
Yang paling miris, jumlah pembeli yang bisa dihitung dengan jari dalam sebulan, Kode mengaku hampir setiap hari masyarakat datang untuk menjual sepeda bekas. Jadi kalau ada yang menawarinya sepeda bekas, dia cukup keren.
“Jadi kami tidak membeli semuanya (penjual sepeda bekas), bagi saya kondisinya masih 60-70% bagus. Kalau tidak perlu mengeluarkan modal banyak, harganya pas dan terlihat bagus di rumah. saku,” tambah Code.
Sementara itu, pedagang lainnya bernama Ronnie mengaku lebih banyak orang yang datang untuk membeli sepedanya dibandingkan yang membeli. Selama pandemi baru-baru ini, dia menyebut orang-orang ini sebagai “korban pemberontakan.”
“Itu korban dari segala kekerasan. Banyak yang beli di masa pandemi, yang kaya beli semuanya. Makanya setiap hari orang berjualan,” ujarnya.
Menurutnya, saat banyak masyarakat membeli sepeda saat pandemi, harga jual sepeda jauh berbeda. Kondisi ini menyebabkan banyak orang yang menjual sepedanya dengan harga yang sangat murah, apalagi jika dibandingkan saat pertama kali membelinya.
Ia mengaku saat membeli sepedanya, ia menjualnya seharga Rp 1,2 juta. Ronnie mengaku tidak akan mau membeli jika harga jualnya terlalu tinggi. Penjualan sepeda sangat rendah di toko-toko saat ini.
“Bahkan penjualnya turun banget harganya, kalau orang beli itu kan saat booming ya? Misalnya mereka beli 7 juta rubel, kita beli 1,2 juta rubel,” kata Rony (fdl/fdl )