Jakarta –
Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mengungkapkan salah satu penyebab stagnannya pasar mobil Indonesia adalah harga mobil yang naik di atas rata-rata inflasi.
Pasar mobil Indonesia mengalami stagnasi antara tahun 2013 dan 2023 karena menurunnya daya beli karena pertumbuhan pendapatan per kapita tidak sejalan dengan kenaikan harga mobil baru. Pada periode tersebut, penjualan mobil di Indonesia masih berkisar 1 juta unit per tahun.
Peneliti Senior LPEM FEB Ui Riyanto menjelaskan, misalnya harga model small multi-tujuan vehicle (MPV). Salah satu model terlaris di Indonesia.
“Kenaikan harga mobil periode 2013-2022 misalnya kalau kita naik minivan low entry per tahun sudah 7 persen, melebihi rata-rata inflasi kita. Itu masalahnya,” kata Riyanto saat berdiskusi tentang solusinya. mengatasi stagnasi pasar mobil di gedung Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, Rabu (10/7/2024).
“Dulu kesenjangan pendapatan per kapita kelompok ini kecil, misalnya harganya Rp 167 juta, pendapatan per kapita Rp 155 juta. Kesenjangannya kecil, tapi sekarang pendapatan per kapita Rp 218 juta, harga mobil Rp 255 juta. Begitulah caranya menjadi lebih luas.”
“Jadi itu menunjukkan ada masalah dan harganya seperti ini: kenaikannya lebih besar dari kenaikan harga per kapita. Jadi alasan permanennya adalah harga mobil tersebut tidak terjangkau bagi pendapatan per kapita,” jelasnya lagi.
Riyanto menjelaskan, selain mobil dan pendapatan per kapita, faktor makroekonomi lain seperti nilai tukar dan suku bunga juga berpengaruh signifikan terhadap penjualan mobil.
Pasar mobil di Indonesia masih stagnan, yaitu sekitar satu juta penjualan per tahun, meskipun kepemilikan mobil masih berada di kisaran 99 kendaraan per 1.000 penduduk.
Penjualan mobil di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2013, mencapai 1.229.811 unit, kemudian terus menurun pada tahun berikutnya, namun tetap di angka satu juta.
Sedikit peningkatan pendapatan per kapita disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi sekitar 5% selama periode 2015-2022. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab penjualan mobil di Indonesia masih stagnan di angka satu juta unit.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,05% pada tahun 2023. Dengan pencapaian tersebut, produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia akan mencapai Rp75 juta atau $4,919,7 AS pada tahun 2023.
“Secara umum pendapatan masyarakat sekitar Rp75 juta per kapita, dan bagi yang membeli Avanza sekitar Rp225 juta,” jelas Riyanto.
Selain itu, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menjelaskan komponen pajak saat ini bisa mencapai 40%.
“Harga mesin ini juga sedang dibicarakan dengan Pemda karena BBNKB sedang isu, itulah yang membuat harga mesin ini sangat mahal karena kalau ditotal bisa di atas 30-40 persen, itu salah satu bentuk pajak. ” dia menambahkan.
Namun mereka tidak mau rugi karena rata-rata Pemprov mendapat 60-80 persen PAD-nya dari pajak kendaraan, lanjutnya.
Berdasarkan data grosir (distribusi pabrik ke dealer) Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan Januari-Juni 2024 hanya mencapai 408.012 atau turun 19,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski penjualannya bisa mencapai setengah juta unit, tepatnya 506.427 unit di semester I 2023. Simak video “Ini Daftar Mobil Toyota yang Harganya Naik Awal 2023” (riar/din )