Jakarta-
Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri buka suara menanggapi seruan aksi ojek online (ojol) beberapa waktu lalu. Pihaknya menilai standarisasi tarif pelayanan barang dan makanan dapat mengurangi persaingan usaha dan berpotensi memberikan dampak negatif kepada konsumen.
“Jadi kalau kita lihat situasi secara umum, misalnya ada batas bawah. Misalnya dulu banyak angkutan yang diberi batas bawah, seperti penerbangan. Ujung-ujungnya tidak bisa memberikan kondisi perekonomian yang lebih baik. Jadi batas bawah ini mengurangi persaingan dengan produsen dan mengurangi insentif bagi produsen untuk berinovasi,” kata Yose dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/4/2024).
Dia menekankan, tarif yang seragam tidak mencerminkan kondisi di lapangan, seperti kondisi geografis dan kualitas jalan. Menurutnya, hal-hal tersebut merupakan komponen penting yang mempengaruhi penetapan harga.
“Misalnya dari segi pengiriman, kondisinya berbeda-beda di setiap daerah. Baik itu geografi, kualitas jalan, atau beberapa hal lainnya. Selain itu, jika ada batas bawah dan batas atas yang ditentukan secara nasional, tentu tidak bisa mencerminkan kondisi tersebut. , ” jelasnya.
Sekadar informasi, pada Kamis (29/8) para pengemudi ojek online dan kurir online menggelar aksi untuk meloloskan beberapa permohonan terkait peninjauan kembali Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2012. Ini termasuk biaya seragam untuk layanan pengiriman barang dan makanan. di antara semua pelamar.
Para peserta aksi juga menolak promosi aplikator yang diminta para pengemudi. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) pun merespons hal tersebut dan berjanji akan memberikan regulasi terbaik berdasarkan aspirasi para pengemudi.
Tarif pengantaran barang dan makanan saat ini diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) Cominfo Nomor 1 Tahun 2012 tentang Formula Tarif Jasa Pos Komersial. Berdasarkan peraturan tersebut, tarif layanan ditentukan oleh penyedia layanan yang mencakup biaya operasional, margin komersial, dan kondisi pasar.
Selain itu, Yose menilai tarif layanan yang seragam bukanlah solusi yang tepat bagi sektor logistik di Indonesia.
“Jika kelonggaran untuk memperbaiki kondisi logistik tidak bisa diberikan, maka tidak ditambah aturan yang memberatkan bagi operator dan ojek itu sendiri, karena konsumen akan semakin enggan, permintaan akan menurun, yang juga akan menyebabkan penurunan lalu lintas online. pendapatan pengemudi itu sendiri. , ”tegasnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Prabu Revolusi mengatakan, pihaknya bertemu dengan pemohon pada Jumat pekan lalu untuk menyampaikan aspirasi peserta demo ojek online tersebut.
“Pemohon telah menyetujui untuk melakukan perubahan proses bisnisnya,” tutupnya. Simak Video “Demo Besar-besaran Ojol Kamis Ini, Ini Tuntutan Mereka” (ega/ega)