Jakarta –
Pengamat penerbangan Gerry Soejatman berpendapat, setiap maskapai penerbangan harus memiliki program khusus untuk mengurangi emisi karbon.
Emisi karbon dioksida dari pesawat berkontribusi signifikan terhadap perubahan iklim global akibat pembakaran bahan bakar jet selama penerbangan.
Setiap penerbangan, baik domestik maupun internasional, menghasilkan emisi karbon dioksida dalam jumlah besar. Gerry mengatakan melalui akun Twitternya @GerryS bahwa penerbangan menyumbang 2,5% terhadap emisi karbon dioksida (CO²) global.
Hal ini menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh dunia penerbangan. Tidak peduli seberapa kecilnya, program pengurangan karbon yang dilakukan oleh sebuah maskapai penerbangan disambut baik.
“Ini adalah ide yang bagus dan harus diumumkan bahwa lebih banyak maskapai penerbangan Indonesia harus melakukan hal ini. Mudah-mudahan hal ini akan membuka kemungkinan bagi penumpang untuk membeli penggantian kerugian CO² untuk perjalanan mereka.” kata Gerry dalam keterangannya yang dikutip Rabu (2/10/2024).
Salah satu hal yang bisa dilakukan maskapai penerbangan adalah menyumbangkan pohon, misalnya. Dengan berdonasi minimal Rp50.000,-, traveler sudah menanam pohon yang mampu menyerap 25-40 kg karbon dioksida (CO2), atau setara dengan mengurangi polusi perjalanan mobil sejauh 100 km.
“Iya, saya harap menanam dua pohon bisa menyerap total 40kg dalam setahun, sehingga kalau sudah selesai, 10 tahun kemudian emisi CO2 saya bisa terkompensasi,” kata Garry.
Tentunya setiap donasi yang masuk dihitung dan dilaporkan melalui email, termasuk bukti dokumenter berupa pohon yang ditanam dengan name tag donatur.
“Kami melakukan perjalanan hari ini demi anak cucu kami, yang berarti kami juga harus melindungi tanah untuk anak cucu kami.” Selesai Gerry. Saksikan video “Video: BBN Airlines Indonesia menjadi maskapai baru di Indonesia” (wsw/wsw)