Jakarta –
Read More : Dampak Pertumbuhan Permintaan Nikel terhadap Ekonomi Lokal
Kementerian Pertanian (Kementan) RI melalui Direktorat Jenderal Hortikultura (Ditjen) telah melakukan berbagai langkah strategis untuk mengendalikan kenaikan harga bawang merah pasca Idul Fitri.
Langkah strategis tersebut antara lain mengoptimalkan pasokan dari jagoan, mempercepat penanaman dengan memberikan bantuan benih di wilayah terdampak banjir, dan menyelenggarakan Festival Bawang Merah Murah untuk masyarakat.
Manajer Sayuran dan Jamu Andi Muhammad Idil Fitri mengatakan, permintaan bawang merah tahun ini lebih tinggi menjelang dan sesudah lebaran. Sementara itu, situasi pasar arus utama dan ritel saat ini masih bergejolak.
“Banyak pedagang yang mudik.” “Pekerja, shipper, distributor, dealer, dan retailer belum sepenuhnya beraktivitas normal sehingga pasokan belum bisa maksimal,” kata Idil dalam keterangannya, Rabu (24/04/2024). dikatakan.
Sedangkan permintaan cukup tinggi pada bulan Syawal. Secara psikologis, situasi ini langsung menyebabkan kenaikan harga.”
Idil menambahkan, masyarakat di pasar Jabodetabek lebih menyukai bawang merah Bima Brebes. Namun selama bulan Februari dan Maret, lebih dari 7.500 hektar lahan bawang merah di sepanjang Pantura Jawa, seperti Brebes, Kendal, Demak, Pati, Grobogan, dan Proboling terdampak banjir.
Faktanya, sekitar 2.500 hektar lahan menghasilkan pupuk kandang atau mati sebelum mencapai usia panen.
Situasi ini mengganggu pasokan bawang merah Bima Brebes dari sentra utama Pulau Jawa. Kami antisipasi harga akan berangsur normal dalam 10 hari ke depan, seiring dengan peningkatan angka panen di beberapa wilayah pusat utama seperti Solok, Enrekang, Bima, Bandung, dan Garut,” jelas Idil.
“Di Nganjuk juga ada jadwal panen pada bulan Mei. Diperkirakan panen di Brebes Besar akan dimulai kembali pada bulan Juni,” imbuhnya.
Terkait peran petani dalam menghadapi situasi kenaikan harga ini, Idil menyatakan bahwa petani selalu menginginkan harga dan produksi stabil namun tetap menguntungkan baik bagi petani maupun konsumen.
“Ketika harga sedang bagus tentunya ini adalah momentum yang diharapkan para petani. Kita ingat para petani bawang merah ini hidup berbulan-bulan dengan harga murah, bahkan di bawah BEP,” kata Idil.
Namun, jika harga terlalu tinggi, petani juga akan kecewa. Petani menginginkan harga yang wajar, stabil dan menguntungkan.
Idil menambahkan, kondisi yang stabil akan memotivasi petani untuk terus menanam bawang merah. Direktorat Jenderal Hortikultura tidak hanya melakukan langkah stabilisasi harga tetapi juga melakukan berbagai kajian untuk meningkatkan produksi bawang merah dalam negeri guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Idil mengatakan, “Ditjen Hortikultura terus mendorong peningkatan produksi dalam negeri meskipun secara kumulatif produksi nasional kita setiap tahunnya cukup atau bahkan berlebihan. Langkah-langkah tersebut antara lain fasilitasi bantuan input, perluasan sentra baru dan sinergi pemasaran dengan champion.”
“Kami juga mendorong pembukaan gudang yang dilengkapi cold storage melalui dana alokasi khusus (DAK).”