Jakarta –
Tak sedikit orang yang menganggap pergi ke psikolog atau psikiater itu memalukan, apalagi jika harus ke rumah sakit jiwa. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi pasangan suami istri di Banning.
Konten fetish Aliana Barezki (29) ramai disorot di jaringan Tik Tok. Ia mengaku memutuskan berobat ke suaminya Arif (30) demi pernikahan yang sehat.
Selama pernikahan dini mereka, mereka berdua mengetahui bahwa mereka memiliki penyakit masa kanak-kanak yang tidak diobati.
“Pengetahuan diri yang baik merupakan sumber berharga ketika kita ingin menjalin hubungan dengan siapa pun, terutama pernikahan. Karena jika kita tidak mengenal diri sendiri, bagaimana kita bisa belajar mengenali orang lain dengan baik?” Kisahnya akan diceritakan Diticcom pada Senin (14/10/2024).
“Konflik dalam rumah tangga seringkali bermula dari hal-hal sederhana seperti tidak memahami perasaan sendiri dan tidak mampu mengungkapkannya dengan baik kepada pasangan, malah kita menghinanya, memberikan energi negatif bahkan berujung pada pertengkaran yang meledak-ledak,” ujarnya. keras kepala.
Trauma yang mereka berdua alami tanpa disadari mempengaruhi hubungan keseharian pasangan tersebut.
Perbedaan pola asuh di masa kecil kerap membuat Fisty sulit menyepakati komunikasi sehingga berujung pada risiko konflik. Fisty jelas tak ingin hal seperti itu berdampak pada kondisi psikologis anak di kemudian hari.
Bukan tidak mungkin, jika tidak ada pengobatan maka akan terjadi trauma berantai pada generasi berikutnya. Banyak pasangan yang tidak menyadari hal ini.
“Misalnya seorang laki-laki atau perempuan menjadi marah, karena orang tuanya selalu melihat kekerasan dalam rumah tangga, sehingga mereka menularkannya kepada anak-anaknya. Atau contoh lain, kita memanjakan anak atau pasangan kita karena orang tua kita menyakiti kita dalam hidup. Kami masih kecil,” lanjutnya.
Ditanggung oleh BPJS
Beberapa orang terkadang enggan memeriksakan diri ke psikolog atau psikiater karena biaya pengobatannya yang mahal. Bahkan, sama seperti Fisty dan suaminya, mereka mendapatkan pelayanan gratis di salah satu RSJ Bandung yang ditanggung BPJS Kesehatan.
“Semuanya, termasuk obat-obatan, ditanggung oleh BPJS Kesehatan,” kata Fisty.
Fisty pergi ke fasilitas kesehatan yang memiliki tenaga ahli kesehatan mental yang cukup, sehingga dia tidak perlu mengantri.
“Karena dokternya banyak, jadi tidak ada yang namanya antrian. Mungkin pilihannya adalah memilih fasilitas kesehatan yang khusus menangani psikiatri. Kalau di rumah sakit umum, dokternya paling banyak satu atau dua orang,” sarannya.
Tonton video “Video: Kebanyakan Orang Mengeluh di Tempat Kerja, Ada Apa dengan Gen Z?” (Naf/Kna)