Jakarta –

Read More : Dirut KAI: WFA Bantu Pemudik Pulang Lebih Awal, Jadi Tidak Menumpuk

Baru-baru ini, perusahaan farmasi AstaZeneca mengaku vaksin yang mereka produksi dapat menimbulkan efek samping yang jarang terjadi, yakni pembekuan darah. Hal itu berdasarkan dokumen yang diajukan dalam gugatan class action yang diajukan oleh 51 korban di Inggris.

Banyak penggugat menyatakan bahwa mereka kehilangan keluarga dan orang yang mereka cintai karena efek samping ini. Dalam kasus lain, vaksin AstraZeneca dituding menyebabkan cedera serius, lalu bagaimana dengan Indonesia?

Presiden Komisi Nasional Pengkajian dan Pengobatan Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi Prof. Hinky Hindra Erawan Satari mengatakan, tidak ada kasus trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS) yang teramati pasca penggunaan vaksin Covid-19 Astragene. Indonesia. Hal ini berdasarkan pemantauan aktif dan pasif yang saat ini masih dilakukan oleh Komnas KIPI.

Keamanan dan manfaat vaksin telah melalui berbagai tahapan uji klinis, antara lain fase 1, 2, 3, dan 4 yang melibatkan jutaan orang untuk vaksin COVID-19, hingga disetujui untuk didistribusikan. Bahkan setelah vaksin beredar, upaya keamanan vaksin terus dilakukan,” kata Profesor Hinkie dalam keterangan resmi yang dikutip, Sabtu (4/5/2024).

Indonesia adalah negara terbesar keempat di dunia yang menyelenggarakan vaksinasi terhadap COVID-19. Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah diberikan kepada masyarakat di Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya merupakan vaksin AstraZeneca.

Setelah pengawasan aktif berakhir, Komnas KIPI melanjutkan pengawasan pasif hingga saat ini. Berdasarkan laporan yang diterima, tidak ada laporan kasus TTS yang terdeteksi.

TTS merupakan penyakit yang menyebabkan seseorang mengalami pembekuan darah dan rendahnya kadar trombosit. Kasus ini sangat jarang terjadi di masyarakat, namun dapat menimbulkan gejala yang serius.

“Kami melakukan pemantauan selama satu tahun atau lebih dari Maret 2021 hingga Juli 2022. Kami melakukan pemantauan selama lebih dari setahun karena tidak ada gejala, jadi kami melanjutkan selama beberapa bulan untuk memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan negara. ada kaitannya atau tidak, kecuali kita “tidak memiliki TTS di AstraZeneca,” kata Profesor Hinkie.

“Namanya trombosis, penggumpalan darah di pembuluh darah. Kalau di otak, pusing, mual di saluran cerna, kaki kaku, pendarahan, kalau trombosit rendah, memar biru di bekas suntikan ya, itu terjadi, tapi setelah 4-42 hari, “kalau terjadi sekarang, mungkin karena alasan lain,” ujarnya. Simak video “Kemenkes Pastikan Tidak Ada Kasus TTS di RI akibat AstraZeneca” (kna/kna.)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *