Jakarta –
Read More : Benarkah Terong Bisa Memicu Asam Urat? Ini Penjelasannya
Pada Minggu (26/5/2024) terjadi serangan Israel terhadap tenda pengungsi di Rafah bagian barat yang menimbulkan kebakaran besar. Kebrutalan ini membakar para pengungsi dan membunuh banyak orang.
Situasinya semakin buruk karena makanan dan bahan bakar semakin menipis. Banyak orang mencari makanan dan air, sementara anak-anak menggali tanah untuk mencari kayu bakar atau karton.
Sementara itu, ibunya memasak makanan menggunakan bahan-bahan yang ditemukannya.
Situasinya tragis. Ada 20 orang di tenda, tanpa air bersih, tanpa listrik. Kami tidak punya apa-apa, kata guru sekolah Mohammad Abu Radwan seperti dikutip AP News.
“Saya tidak bisa menggambarkan bagaimana rasanya hidup di tempat yang terus-menerus terlantar, kehilangan orang yang dicintai. Itu semua menghancurkan kami secara psikologis,” lanjutnya.
Kamp-kamp pengungsi telah menjadi korban serangan Israel, yang membentang dari pantai utara Rafah hingga pinggiran Deir al-Balah.
Tenda dan tempat berlindung diisi dengan jendela seng dan plastik, selimut dan lembaran yang digantung di atas tongkat untuk perlindungan.
Warga Rafah lainnya, Tamer Saeed Abual Kheer, selalu mencari air pada pukul enam pagi. Ia kembali ke tenda hanya untuk membagikan air yang diterimanya sepanjang hari.
Anak-anak Abul Kheer yang berusia 4 hingga 10 tahun sering sakit-sakitan. Namun, katanya untuk mengumpulkan kayu bakar.
Ia khawatir ditemukan bom eksplosif di reruntuhan rumah.
Ayah Abul Kheer yang sudah tua mengalami kesulitan berjalan. Anda harus membayar secara rutin untuk membawanya ke rumah sakit terdekat untuk tes ginjal.
“Kayu butuh uang, air butuh, semua orang butuh uang,” kata istrinya Leena Abual Kheer sambil menangis.
“Saya khawatir suatu hari nanti saya akan bangun dan kehilangan anak-anak saya, ibu saya, suami saya, keluarga saya,” katanya. Tonton video “Gaza khawatir, anak-anak menderita gizi buruk” (sao/kna)