Jakarta –

Read More : Huawei MatePad Pro 12.2 (2025) dan Watch 5 Resmi Rilis, Harganya?

Mahalnya harga tiket pesawat menjadi sorotan. Pengusaha maskapai penerbangan mengatakan persyaratan ini disebabkan oleh tingginya biaya penerbangan, termasuk serangkaian pajak yang dikenakan pada bisnis tersebut.

Menurut Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia (INACA), pungutan pajak termasuk dalam unsur non operasional penerbangan. Namun jumlahnya sangat tinggi.

Presiden INACA Jenderal Dinon Prawiratmadja menjelaskan terdapat perbedaan pajak dan bea masuk yang diterapkan beberapa kali. Denon menjelaskan, hingga saat ini pajak bahan bakar penerbangan, pajak dan bea impor pesawat terbang beserta suku cadangnya dikenakan kepada pengusaha di perusahaan penerbangan.

Bahkan suku cadangnya sudah dikenakan bea masuk yang harus ditambah untuk menutupi PPN dan PPNBM. Oleh karena itu, PPN juga berlaku atas seluruh tiket pesawat yang dijual kepada masyarakat. Denon menilai, hanya pengusaha maskapai penerbangan di Indonesia yang merasakan rangkaian pajak berganda ini.

Denon dalam keterangannya, Rabu (17/7/2024), mengatakan, “Dengan cara ini terjadi pajak berganda, meskipun pajak dan biaya tersebut tidak ada di negara lain.”

Denon juga mencatat adanya biaya layanan bandara bagi penumpang (Passenger Service Charge/PSC) yang termasuk dalam komponen harga tiket. Hal ini membuat harga tiket pesawat tampak lebih tinggi.

Biaya PSC sendiri tidak masuk ke kantong pengusaha maskapai, melainkan masuk ke pengelola bandara. Ini seperti “pajak” yang dikenakan pengelola bandara kepada penumpang.

“Penumpang belum mengetahui bahwa PSC itu bukan untuk maskapai, tapi untuk pengelola bandara. Namun karena komponennya tunggal, penumpang mengira itu bagian dari tiket penerbangan,” kata Denon.

Tingginya biaya operasional penerbangan juga berdampak pada mahalnya harga tiket pesawat. Misalnya saja harga mobil, Denon mengatakan harga mobil di Indonesia saat ini lebih mahal dibandingkan di negara lain.

“Harga bahan bakar jet saat ini lebih tinggi dibandingkan di banyak negara tetangga,” kata Denon.

Kemudian sering terjadi barisan pesawat di darat untuk lepas landas dan barisan pesawat di udara untuk mendarat. Menurutnya, semakin lama pesawat menunggu dan menunggu, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya pemborosan bahan bakar.

Belum lagi, ada juga biaya bandara, layanan navigasi udara, dan hal-hal lain yang harus dikeluarkan pengusaha untuk menerbangkan pesawatnya.

Denon juga mengatakan sebagian besar biaya penerbangan dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh nilai tukar dolar AS versus rupee. Sementara itu, dalam beberapa waktu terakhir, nilai tukar dolar menekan nilai tukar rupee.

“Jadi, jika nilai dolar AS menguat terhadap rupee, maka biaya penerbangan juga akan naik,” kata Denon. (Ellie/eds.)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *