Jakarta –
Read More : Bos The Fed Mau Mundur Jika Donald Trump Terpilih Jadi Presiden AS
Kementerian Bea Cukai dan Cukai Direktorat Umum (DJBC) telah mengumpulkan bea pendapatan dan cukai 77,5 triliun RP hingga Maret 2025. Kesadarannya setara dengan 25,7% lensa dan meningkat sebesar 9,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (tahun/tahun).
Manajer Umum Bea Cukai dan Cukai Askolani menyatakan bahwa pertumbuhan dipandu oleh penerimaan yang signifikan atas bea ekspor sebesar 110,6% setiap tahun atau mencapai 8,8 triliun RP. Sementara itu, tugas impor dikumpulkan 11,3 triliun RP atau benar 5,8%, yang merupakan salah satunya karena tidak ada kewajiban untuk mengimpor barang -barang padi yang tidak memiliki impor pada awal tahun ini.
“Jika kita mengamati sumber negatif pertumbuhan kegiatan impor, tidak ada lagi saham impor untuk beras untuk bulog.
Selain itu, penyebab pengurangan bea masuk adalah karena kurangnya pendapatan dari barang -barang bermotor, khususnya kendaraan listrik (EV). “Di mana kebijakan pemerintah untuk EVs memiliki insentif insentif untuk diimpor sehingga tarifnya adalah RP 0,” jelas Askolani.
Sementara itu, peningkatan kegiatan ekspor telah dikontribusikan oleh produk minyak sawit karena kenaikan harga CPO dan kebijakan ekspor tembaga sejak Maret 2025.
“Dengan dua sumber utama tugas ekspor ini, angkanya adalah Rp 8,7 triliun dan ini lebih tinggi dari kuartal pertama 2024 yang mencapai 4,17 rpilyon rp,” jelas Askolani.
Jadi tugas cukai hingga Maret 2025 meningkat sebesar 5,3% atau RP dikumpulkan. 57,4 triliun. Ini terutama disumbangkan oleh bea cukai pada tembakau 55,7 triliun atau tumbuh sebesar 5,6%.
“Selama produksi 2025 menurun sekitar 4,2%. Penurunan produksi rokok disebabkan oleh kelompok I yang menurun 10%, sedangkan untuk kelompok II dan III 1% dan 7,4% masih meningkat,” kata Askolani.
Lihat juga video Zulhas, yang memanggil 1,5 juta ton beras: tidak dapat diimpor sampai tahun depan
(Kil/kil)