Jakarta –

Read More : Kenapa Honda Scoopy Baru Belum Pakai Mesin 125Cc?

Para pedagang di Pasar Induk Kramat Jati ramai membuang buah pepaya karena tak laku dijual hingga rusak. Alhasil, ada pula yang merugi ratusan juta.

Untuk mengatasi masalah tersebut, seorang pedagang pepaya bernama Wakid (48) di kawasan tersebut berhenti membeli buah tersebut dari petani. Dengan cara ini, ia bisa mengurangi jumlah pepaya yang tidak laku di pasaran.

“Iya pesanan dari petani kita kurangi karena kalau sudah sampai di pasar (beli pepaya dari petani) kita menanggung kerugian bagi yang pesan, itu uang (pembelian penuh), kalau mendaftar berapa hari sampai diganti ( daftar atau jual),” kata Wakid saat diwawancara detikcom, Senin (29 April 2024).

Ditambahkannya, “Dulu saya bilang di sana tidak laku, kalau ada (pepaya yang dipanen), dikirim ke yang lain (pengusaha di pasar lain) dulu. Seringkali mereka (petani) tidak hanya menjualnya ke pasar ini.”

Wajid mengaku membeli pepaya tiga kali seminggu. Namun, saat ini dia hanya berbelanja dua kali dalam seminggu.

Selain itu, ia bisa memesan dua hingga tiga truk pepaya sekaligus. Namun kali ini, dia hanya mendapat satu truk untuk setiap pembelian.

“Biasanya seminggu bisa beli tiga kali, tapi sekarang bisa beli dua atau tiga, dan sekarang hanya bisa beli satu, kalau tidak banyak yang berkumpul di sini, omong kosong, kitalah yang gagal” dia menjelaskan.

Kecuali jika petani yang didaftarkannya kelebihan stok dan tidak punya tempat untuk membagi hasil panennya, Wajid mengaku bisa menjual pepaya yang diterimanya namun hanya dibayar sesuai jumlah yang dijualnya.

“Kalau ditanya ke dia (petani) dia akan bilang ke kita, ‘Pergi ke pasar dan mulai jualan, nanti uangnya kita transfer setelah kita jual, dengan begitu ada baiknya kita (bagi-bagi).’ Kalau ini saya lakukan berkali-kali, tapi jarang saya jual,” kata Wajid.

Ia menambahkan, “(Bagi untung/rugi berdasarkan) saling percaya, tapi kalau begitu tidak ada hitam-putih. Makanya kalau (penjualan) lambat, saya minta dijual ke orang lain.”

Senada dengan Wakid, pedagang pepaya bernama Fasita (32) terpaksa mengurangi pembelian di tingkat petani agar tidak terjadi kelebihan stok di pasar. Sebab jika pepaya sampai di pasaran dan buahnya tidak dapat dijual atau rusak, maka kerugian ditanggung penjual.

Di sisi lain, untuk menekan jumlah pepaya yang tidak terjual dan pepaya busuk, Fascita mengatakan, mau tidak mau, ia harus rela menjual pepaya dengan harga murah. Terutama pepaya yang sudah tumbuh hingga membusuk.

“Kalau terlalu banyak kan? Kalau kita tidak menjualnya dengan murah, maka kita akan kalah terus (bersaing dengan pedagang lain atau tidak menjual). Nanti membusuk dan berakhir sia-sia,” kata Fascita.

Menurutnya, dia setidaknya harus bisa menjual pepaya dengan harga tinggi untuk mengurangi kerugian. Khusus untuk pepaya yang hendak pecah atau membusuk.

“Padahal yang diperdagangkan masyarakat, kalau kaya, langsung kita (jual). Ya, paling tidak harganya sama dengan saat mereka beli (dari petani). Jadi kita tidak rugi banyak,” dia berkata. .

“Biasanya kalau ada yang mau pecah, biasanya dibeli untuk pakan ternak ya, biasanya untuk ternak, kalau tidak mirip bebek. Kalau masih belum dijual, dibuang saja,” jelas Fatika. lagi. (FNL/FNL)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *