Jakarta –
Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun menyebut Kary Mullis sebagai penemu alat tes COVID-19.
Hal itu diungkapkannya saat membahas COVID-19, termasuk alat diagnostiknya pada debat kedua Pilkada Jakarta 2024.
Alat diagnostik tersebut sangat buruk dan tidak disengaja serta diciptakan oleh dokter Kari Mullis peraih Nobel pada tahun 1984, kata Pongrekun, di Ankol, Jakarta Utara, Minggu (27/10/2024).
Dikutip New York Times, Cary B. Mullis adalah seorang ahli biokimia peraih Hadiah Nobel Kimia pada tahun 1993 karena menemukan cara menganalisis DNA dengan mudah dan murah. Oleh karena itu, hal ini dapat membuka jalan bagi kemajuan besar dalam diagnosis medis, biologi molekuler, dan ilmu forensik.
Proses analisis DNA yang ditemukan oleh Mullis disebut reaksi berantai polimerase atau PCR. Proses ini mereplikasi satu untai DNA jutaan kali, yang memungkinkan para ilmuwan mengidentifikasi segmen garis tersebut dan mereproduksinya untuk identifikasi. Polimerase, enzim yang mensintesis polimer dan asam nukleat, sangat penting untuk membuat DNA dan RNA, molekul yang bertanggung jawab untuk pengkodean DNA.
Sebelum PCR, duplikasi DNA memakan waktu berminggu-minggu, karena DNA harus diproduksi oleh bakteri. Setelah proses Mullis disempurnakan, hanya membutuhkan waktu beberapa jam, dan membuka banyak kemungkinan.
Saat ini, metode tersebut digunakan untuk mendeteksi mutasi genetik yang dapat mengarah pada diagnosis penyakit, seperti anemia sel sabit untuk COVID-19, menganalisis sumber DNA kuno, seperti tulang, dan membantu memperoleh bukti dari TKP.
Metode ini juga digunakan untuk memecahkan kode dan memetakan semua DNA manusia sebagai bagian dari Proyek Genom Manusia, sebuah upaya penelitian internasional besar yang berlangsung dari tahun 1990 hingga 2003. Saksikan video “Video: Inovasi Mesin PCR Coba Deteksi TBC” (suc /suc ))