Jakarta –
Sebuah penelitian menunjukkan manfaat “sighing” atau mendesah pada organ tubuh. Kebiasaan ini diketahui dapat meningkatkan kesehatan jantung, menstabilkan tekanan darah, dan melancarkan pencernaan.
Ternyata hal itu ada hubungannya dengan medula oblongata otak, pusat pernafasan yang membuat seseorang bernapas secara otomatis.
“Menara kendali, yang terletak di bagian paling bawah otak dan batang otak, mengatur laju pernapasan seseorang dan merespons masukan dari sensor di berbagai bagian tubuh,” kata Dr. Steve Yang, spesialis pernapasan dan perawatan kritis di Mount Elizabeth . RSUD.
“Sensor ini menginformasikan pusat pernapasan tentang perubahan kadar karbon dioksida dalam darah, kadar oksigen, dan tingkat pH,” jelasnya.
Pusat pernapasan kemudian mengatur laju pernapasan pasien dengan mengirimkan impuls ke otot-otot sistem pernapasan untuk mengatur kedalaman dan kecepatan pernapasan. Jacqueline Chow, Fisioterapis Utama di Heart & Lung Physio, menjelaskan mengapa pernapasan baik untuk tubuh Anda.
“Menghirup lebih dalam dan membuang napas lebih lama dari biasanya meningkatkan luas permukaan paru-paru, yang meningkatkan pertukaran gas dan memungkinkan kelebihan karbon dioksida dikeluarkan dari tubuh Anda dengan lebih efisien,” kata Chow.
Oleh karena itu, pernafasan berperan penting dalam mencegah kolapsnya alveoli (kantung udara kecil berbentuk balon di paru-paru) dan memulihkan komplians paru (kemampuan paru untuk mengembang). jumlahnya menjadi terlalu rendah atau terlalu tinggi,” kata CNA.
Tanpa disadari, orang-orang menghela nafas lebih sering atau lebih dari yang mereka perkirakan.
“Rata-rata orang tanpa sadar menghembuskan napas setiap lima menit sekali, yang setara dengan 12 kali per jam saat terjaga,” kata Chow.
Ditambah lagi, kebiasaan ini mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, yang dapat memperlambat detak jantung, menurunkan tekanan darah dan memperbaiki pencernaan, kata Dr.
Sistem saraf parasimpatis bekerja sebagai mode autopilot tubuh. Ia mengontrol semua fungsi tubuh yang tidak perlu diperintahkan secara sadar untuk dilakukan agar dapat bertahan hidup.
Berkedip, mencerna, buang air kecil, berkeringat, membuat jantung berdetak kencang dan tentu saja bernapas. Tubuh tampaknya lebih memilih untuk beroperasi dalam mode pernapasan yang lambat dan dalam.
“Rem bekerja lebih sehat dibandingkan pedal gas di sini,” kata Profesor David Spiegel, direktur Pusat Stres dan Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford.
“Seseorang bisa memasuki fase santai dengan cukup cepat.” Tonton Video: Pentingnya Pemeriksaan Jantung Secara Teratur bagi Anisa Pohan (naf/suc)