Jakarta –
Read More : Respons Sri Mulyani soal PPN 12% Tetap Berlaku Januari 2025
Program pangan gratis bergizi yang diusung Presiden terpilih Prabowo Subianto yang disebut Badan Pangan Nasional (Bapanas) dapat meningkatkan impor beras dan susu. Hal ini dimungkinkan jika jumlah beras dan susu yang diproduksi di rumah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan program.
“Kalau dikaitkan dengan program pangan gratis, mungkin idenya kalau produksi tidak mencukupi, maka ekspor akan meningkat,” kata Sekretaris Bapanas Sarvo Edi di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Senin (29/7/2024). ). ).
Namun Sarvo Edi mengaku belum bisa menjamin berapa jumlah susu dan beras yang akan diimpor. Sebab, jumlah penerima program pangan gratis masih terus dihitung.
“Baik dimulai dari TK, SD, SD, SD, SMA, maupun SD atau SMA pasti sesuai dengan anggaran yang ada,” jelasnya.
Di sisi lain, Sarvo Edi membenarkan pihaknya telah membicarakan hal tersebut dengan tim gabungan Prabowo-Gibran. Namun, dia mengatakan hingga saat ini pihaknya belum diundang untuk membicarakan hal tersebut.
“Dulu kita berdiskusi dengan tim, tapi sampai saat ini kita belum diundang ke sana untuk berdiskusi, tim ada di sana,” imbuhnya.
Menurut detikcom, Indonesia masih menjual beras. Hingga Senin (29/7), Perum Bulog mencatat jumlah beras yang diekspor mencapai 2,5 juta ton.
Saat ini, menurut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Holding atau dikenal dengan ID FOOD, jumlah sapi perah di Indonesia baru mencapai 400.000 ekor. Jika pemerintah ingin menerapkan kebijakan pangan bergizi gratis, Direktur Pengembangan dan Manajemen Bisnis ID FOOD Dirgayuza Setiawan mengatakan pemerintah sebaiknya mengimpor 2 juta ekor sapi perah.
“Sekarang kami punya 400.000 ekor sapi perah di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan negara kita, kita perlu melipatgandakan jumlah sapi menjadi 1,2 juta ekor, belum termasuk kebutuhan program susu gratis. proteinnya dari susu, jadi kita butuh sekitar 2-2,5 juta ekor sapi perah,” kata Yuza dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024 di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (29/02/2024) lalu.
Yuza mengatakan, saat ini Indonesia 80% bergantung pada susu impor senilai US$1,4 miliar. Produk ini merupakan salah satu produk ekspor terpenting yang sebagian besar berbentuk susu bubuk. (gambar/gambar)