Denpasar –
Read More : Ngeri! Dua Pesawat Saling Bertabrakan, Sayap-Ekor Patah
Presiden Prabowo Subianto ingin Bali menjadi “Singapura baru” atau “Hong Kong baru” dengan membangun Bandara Bali Utara di Buleleng.
Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Departemen Pariwisata Universitas Udayana (Unood) Ai Putu Anam mengatakan Bali tidak harus seperti Singapura atau Hong Kong.
Anam mengatakan Singapura dan Hong Kong merupakan negara kota yang identik dengan gedung pencakar langit. Menurut Anam, hal tersebut tidak sesuai dengan ciri khas Bali. Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang cermat dan beberapa penyesuaian dengan tetap memperhatikan individualitas pasir.
“Tidak harus seperti Singapura, Hong Kong. Itu negara kota. Semua gedung pencakar langit. Tidak harus beton. Harus melihat ke depan. Pencakar langit tidak seperti pasir,” ujarnya. Senin (4/11/2024).
Anam mengatakan Singapura sangat berbeda dengan Bali. Negara paling maju di Asia Tenggara ini kekurangan sumber daya alam dan budaya. Sehingga mereka gencar membangun gedung-gedung tinggi dan wisata buatan.
Sedangkan wisatawan tertarik ke Bali karena kekayaan alam dan budayanya.
“Di Bali beda. Budaya dan alam. Beda dengan Singapura. Singapura karena tidak ada apa-apa, tidak ada budaya. Alam itu terbatas,” imbuhnya.
Meski demikian, Anam tak menolak sepenuhnya ucapan tersebut. Menurut dia, situasi perkembangan pariwisata Bali perlu dicermati. Kalau ingin terealisasi, kata Anam, harus bertahap.
Ditegaskannya, prioritas utama saat ini adalah pembangunan Bandara Bali Utara dan pengembangan Pelabuhan Selukan Bawang.
“Ke depan. Ide itu bagus juga. Tapi tunggu pembangunannya. Bandara dan pelabuhannya dulu,” ujarnya.
Menurutnya, Bandara Bali Utara harus dibangun dan Pelabuhan Selukan Bawang dikembangkan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di Bali Selatan. Bandara I Gusti Ngurah Rai saat ini semakin padat.
Jika kemacetan terus berlanjut, wisatawan akan enggan berkunjung ke Bali untuk kedua kalinya. Namun ada beberapa hal teknis yang perlu diwaspadai dalam pembangunan Bandara Bali Utara. Salah satunya adalah lokasi pembangunan bandara.
Anam menjelaskan, lahan di Bali utara cenderung menyempit. Ia pun mengusulkan agar bandara bisa dibangun panggung di atas laut tanpa perlu reklamasi.
“Tapi secara teknis agak sulit di Bali Utara. Tanahnya tipis. Luasnya sempit. Mungkinkah bandaranya panggung. Tidak recovery. Bisakah teknisnya di laut? Panggung. Di Taman Nasional Bali Barat iya betul, itu akan merusak lingkungan,” ujarnya, jelasnya.
Anam juga meminta agar pembangunan kabupaten/kota di Bali tidak selalu menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan.
Padahal, yang perlu dikembangkan adalah produksi untuk keperluan pariwisata. Seperti perkebunan, peternakan dll.
Ungkapannya spot produk wisata. Maksudnya produk yang menunjang pariwisata. Ada peternakan, perkebunan, perikanan misalnya. Ada juga wisatawan yang tertarik melihat karena merasakannya, meski bukan. prioritas pariwisata,” pungkas Anam.
——-
Artikel ini dimuat di detikBali. Saksikan video “Lihat Proses Pembuatan Arak, Oleh-Oleh dari Bali Utara” (wsw/wsw)