Jakarta –
Perjanjian Perdagangan Indonesia-Eropa atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa belum rampung.
Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Perjanjian Perdagangan Internasional, Bara Krishna Hasibuan mengatakan, ada beberapa permasalahan yang belum bisa disepakati dengan UE sehingga pembicaraan kemungkinan akan terlambat.
“Masih ada beberapa hal yang kami tidak sepakati dengan UE. Waktunya sebenarnya tidak banyak di bulan September,” kata Bara, Senin, dalam konferensi pers hasil ekspor dan impor Indonesia Agustus 2024 di Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat. (23 September 2024).
Bara belum bisa memastikan target penyelesaian perundingan I-EU CEPA. Mengingat waktu yang semakin terbatas, ia berharap I-EU CEPA bisa selesai sebelum Presiden Joko Widodo (Jokowi) pensiun.
“Kami sebenarnya berharap sebelum Pak Jokowi mengakhiri ini pada bulan Oktober, kita bisa menyepakati hal ini,” ujarnya.
I-EU CEPA merupakan perjanjian yang memungkinkan dibukanya keran ekspor Indonesia ke UE secara lebih luas. Negosiasi telah berlangsung selama sembilan tahun.
Bagaimanapun, dia berharap kesepakatan prinsipnya bisa diselesaikan terlebih dahulu. Jika tidak memungkinkan, kemungkinan pembahasan kerja sama tersebut akan dialihkan ke pemerintahan Presiden baru terpilih Prabowo Subianto.
“Kalau tidak memungkinkan, akan dilanjutkan pada pemerintahan berikutnya,” ujarnya.
Di sisi lain, Bara gagal membeberkan isu-isu yang saat ini menjadi pembicaraan paling penting dalam proses perundingan. Kepala negosiator Kementerian Perdagangan berupaya keras untuk menemukan kesesuaian antara isu-isu yang diajukan UE dan keinginan Indonesia sendiri.
“Kami bekerja keras untuk menemukan titik temu hanya pada dua atau tiga masalah yang masih belum dapat kami sepakati antara kedua pihak, antara UE. Namun kepala negosiator kami berkomunikasi dengan UE setiap hari melalui Zoom untuk menemukan titik temu sehingga masalah ini dapat diselesaikan,” jelasnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya. (shc/gambar)