Jakarta –
Jumlah orang yang memilih pertanian sebagai karier semakin berkurang. Menurut Kepala Staf Republik Moldova, kurangnya kebangkitan kembali petani telah menyebabkan sebagian besar warga negaranya khawatir dan khawatir.
Dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (2/10/2024), ia mengatakan, “Seluruh kepala negara dari berbagai belahan dunia telah menyampaikan keprihatinan dan keprihatinannya, karena rehabilitasi petani setiap tahunnya adalah sebuah hal yang sangat penting. hal yang menjadi perhatian di negara ini.” ).
Moeldoko kemudian mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan rata-rata usia petani di Indonesia adalah 55 tahun. Sementara itu, hanya 2,14% Gen Z yang bekerja di sektor pertanian.
“Data terakhir BPS menunjukkan mayoritas petani Indonesia saat ini berusia 55 tahun. Ketidakpercayaan generasi Gen Z adalah hanya 2,14% penduduknya yang bekerja di sektor pertanian. Hal ini sangat perlu kita pikirkan.” . .
Oleh karena itu, Moilduku mengatakan Indonesia kini menghadapi tiga permasalahan besar di bidang pertanian. Pertama, jumlah lahan yang tidak digarap berkurang, produktivitas menurun, dan petani menua.
Sementara itu, Kepala Bidang Benih Hortikultura (Kemantan) Kementerian Pertanian Anti-Parthiwe Noshuri membenarkan minat generasi muda terhadap bidang petani semakin menurun. Ia meyakini situasi ini ada kaitannya dengan petani lanjut usia yang kurang berupaya mewariskan profesinya kepada anak-anaknya.
“Jadi tidak ada pemulihan, tidak ada upaya atau kurangnya upaya dari para petani tua untuk mewariskannya kepada anak-anaknya. Ini yang kita lihat karena kurangnya daya tarik di sektor pertanian,” kata Antti.
Kementerian Pertanian telah menyiapkan beberapa program untuk menarik minat generasi muda, seperti Petani Milenium dan Pelatihan Cerdas Pertanian. Tujuan Kementerian Pertanian adalah mempekerjakan generasi muda sebagai petani setiap tahun.
Pada saat yang sama, Indonesia telah menerima sekitar 7,5 miliar dolar atau sekitar 470 ribu dolar AS dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) untuk pengembangan pertanian di negara ini. Kontribusi ini nantinya akan digunakan di Sebober.
Lihat: Hindari Krisis Pangan, BMKG Imbau Petani Milenial Sadar Iklim
(ily/rir)