Jakarta –

Bukan hanya Lubang Buaya; Ada beberapa lokasi yang diyakini terkait dengan peristiwa G30S (lalu lintas 30 September). Misalnya, Luewng Grubug di Gunungkidul.

Apa itu luveng? Menurut laman KBJI (Kamus Jawa-Indonesia) yang dikelola Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Luweng berarti lubang gua. lubang di lubang batu kapur yang dalam; Kompor besar

Menurut kabar, Luweng Grubug sebelumnya pernah dijadikan tempat eksekusi bagi mereka yang terlibat gerakan PKI. Lantas benarkah Luweng Grubug dijadikan tempat eksekusi anggota dan simpatisan PKI? Cerita lengkap Luweng Grubug adalah sebagai berikut.

Luweng Grubug adalah Luweng Jomblang; Tepatnya Padukuhan Jetis Wetan, Temukan Pacarejo Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Terletak di dekat DIY. Menurut situs resmi Dinas Pariwisata Gunungkidul, Luweng Grubug terletak di sebelah barat Luweng Jomblang dan dihubungkan oleh terowongan horizontal.

Untuk mencapai Luweng Grubug, dikutip detikJateng. Detikers harus melewati perkebunan jati terlebih dahulu. Sesampainya di lokasi, Anda akan menemukan beberapa potongan besi berbentuk kotak di mulut gua. Dari atas, Luwung Grubug sangat dalam, dan mulut gua berwarna putih karena aliran sungai bawah tanah di sini.

Dan di luar keindahannya, Luweng Grubug memiliki sejarah kelam dalam membunuh orang. Ranga Purbaiah, seorang seniman yang berfokus pada sejarah dan genosida Indonesia tahun 1965, secara meyakinkan dimasukkan dalam Living Art: Seniman Indonesia Melibatkan Politik, Masyarakat, dan Sejarah, yang diterbitkan oleh Australian National University Press.

“Tempat yang indah terkadang memiliki cerita yang sangat berbeda. Di balik pemandangan yang indah dan anggun, cerita kelam mungkin bisa menyembunyikan penampilan dan maknanya. Pemerintah atau masyarakat setempat membuang masa lalu dari kita.”

Lebih kurang Arti dari ungkapan tersebut adalah:

“Tempat-tempat indah terkadang menyimpan sejarah yang sama sekali berbeda. Di balik pemandangan yang murni dan indah menyembunyikan cerita kelam hati, jauh dari penampilan dan tujuannya. Keindahan ini mungkin sengaja diciptakan untuk menyembunyikan sejarah kelam. Pemerintah atau masyarakat setempat pergi keluar dari jalan mereka untuk mengalihkan perhatian kita dari tujuan masa lalu.”

Namun memang benar Luweng Grubug sungguh cantik memukau. Menurut Gunungkidul, The Next Bali karya Kirillus Harinovo dkk, bayangkan sebuah gua yang diterangi langsung oleh matahari di atasnya, sehingga menciptakan pancaran cahaya yang disebut skylight.

Pilar Matahari di Luweng Grubug menarik perhatian wisatawan. Di sana wisatawan bisa mengambil banyak foto indah atau menikmati keindahan ciptaan Tuhan.

Luweng Grubug, saksi bisu pembunuhan anak buah PKI

Galih Agung Wikasono bersama Joja dan Bantul bertajuk “Gerakan Kiri di Yogyakarta 1950-1965” yang dirangkum Jurnal Walasuji. Gunungkiduli saat itu merupakan ladang pembantaian kaum kiri. Di Gunungkidul, banyak orang dibunuh atas nama kampanye menumpas PKI. Dihukum dan ditangkap.

Salah satu tempat terbunuhnya orang PKI adalah Luweng Grubug dan Benteng Vredeburg. Hal itu juga dibenarkan oleh pernyataan warga Desa Pakarejo di Paigem.

“Saya masih sangat muda di PKI, saya belum tahu detailnya. Tapi cerita kakek saya, dia ada di sana untuk menghilangkan peserta 30S (G30S PKI),” ujarnya kepada detikJateng saat ditemui. Pada Sabtu (10/9/2022) di kawasan Gua Grubug.

Informasi serupa dapat ditemukan dalam Violence on the Margins: Local Power, Spillover Effects, and Patterns of Violence in Gunung Kidul, 1965-66, karya Mark Winward dan Siddharth Chandra, dari Cornell University Press. Dokumen tersebut menyebutkan Luweng Grubug sebagai tempat eksekusi massal (tempat eksekusi primer).

Para tahanan dikirim ke sana dan menghadapi kematian. Para tahanan dibawa dengan truk dan tiba di lokasi pada malam hari. Tahanan kemudian memaksa menuju tempat kejadian. Ketika Luweng Grubug tiba, Orang PKI atau orang yang diduga terlibat partai ini atau Luweng Grubug pernah ditembak satu kali pada tahun 90an.

Banyak tulang belulang dari beberapa eksekusi tersangka PKI pada periode itu ditemukan di Luweng Grubug. Informasi tersebut disebarkan langsung oleh Budianto, seorang pemandu wisata di Louvain Jomblang.

“Sebuah sungai mengalir di bawah gua. Jadi kalau ada yang dieksekusi di sana, pasti mati. Tapi ada yang terjebak karena tulangnya masih banyak,” jelasnya kepada detikJateng.

Luweng Grubug mempunyai tulang yang sangat banyak sehingga dibersihkan oleh sekelompok orang pada tahun 90an.

“Orang yang membersihkan tulang tersebut berusia sekitar 90 tahun, sehingga sekelompok orang masuk ke dalam gua dan membersihkannya,” pungkas Budianto.

_________________________________

Baca artikel selengkapnya di detikJogja “Video: Tersangka ODGJ Serang Pos Polisi di Gunungkidul” (wkn/wkn)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *