Jakarta –
Indonesia telah kehilangan ekonom senior, Faisal Basri, yang dikenal vokal mengkritik kebijakan pemerintah. Seorang pria lulusan Universitas Indonesia (UI) meninggal di rumah sakit setelah dirawat karena gangguan jantung sejak Senin.
Banyak teman, kolega, dan pejabat pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengunjungi rumah duka. Beberapa di antaranya adalah menteri yang kerap mendapat kritik 1. Luhut Binsar Pandjaitan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan hadir di rumah duka di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis pagi. Ia terlihat menunjukkan rasa hormat kepada Faisal Basri.
Meski kerap berbeda pandangan dalam banyak hal, Luhut mengatakan keduanya tetap berteman baik dan saling menghormati. Menurutnya, banyak kritik terhadap para ekonom yang menjadi masukan bagi pemerintah.
“Saya punya banyak kenangan dengan Pak Faisal Basri. Mungkin banyak, atau banyak perbedaan, tapi kami tetap berteman. Jadi kami juga saling menghormati. Saya juga banyak mendengarkan lagu-lagunya. Tentang Kritik , latihan, ngobrol dengan tim, sanggar, kami merasa kurang benar, ujarnya, Kamis (9/5/2024) di rumah duka kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Luhut pernah dikritik ekonom Universitas Indonesia terkait program kantor keluarga. Kantor keluarga dianggap sebagai tempat pencucian uang, seperti yang terjadi di Singapura. Luhuta juga diundang Faisal Basri untuk berdiskusi mengenai hilirisasi program.
“Saya bisa berdebat dengan Luhut secara terbuka. Atur saja. Saya dan Tom Lembong, Luhut Pandjaitan dan Seto (Deputi Bidang Koordinasi Penanaman Modal dan Pertambangan Kementerian Koordinator Kelautan dan Perikanan),” ujarnya beberapa waktu lalu. Sri Mulyani Indrawati
Hadir pula Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang tampak cukup sedih dengan kepergian Faisal Basri. Bendahara negara itu terlihat beberapa kali menahan air mata saat menceritakan persahabatan mereka. Meski kerap melontarkan kritik pedas, renungan Faisal Basri memberikan sudut pandang lain kepada pemerintah.
Momen Sri Mulyani menahan tangis terjadi saat bercerita kedekatannya dengan keluarga Faisal Basri. Mantan direktur pelaksana IMF ini merasa sangat kehilangan atas kepergian direktur seniornya di UI.
“Saya dan keluarga, istri dan anak-anak saya juga dekat. Jadi saya kehilangan teman yang sangat baik, dia,” ujarnya sambil menahan air mata.
Momen Sri Mulyani menahan air mata juga terjadi saat menjelaskan niat Faisal Basri untuk negara. Sri Mulyani menilai apa yang dilakukan ekonom senior tersebut tidak terlepas dari niatnya untuk memperbaiki Indonesia.
Sri Mulyani mendapat sejumlah kritik dari ekonom senior Indef, salah satunya mengenai lembaga Kementerian Keuangan. Misalnya soal jabatan di Kementerian Keuangan yang dinilai atas dasar loyalitas, bukan profesionalisme. Bukan karena Sri Mulyani disebut tak ingin ada penyegaran.
Ia juga mengkritik rencana pemerintah menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen. Menurutnya, pajak industri batubara harus ditingkatkan, karena kenaikan PPN akan menambah beban masyarakat 3. Bahlil Lahadalia
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia juga mengunjungi rumah duka Faisal Basri. Bahlil menilai meninggalnya Faisal Basri merupakan kerugian bagi masyarakat Indonesia. Menurutnya, para pejabat Indonesia, termasuk dirinya, membutuhkan pemikiran kritis Faisal Basri.
“Bang Faisal menurut saya adalah orang yang mampu menghentikan pejabat seperti saya. Oleh karena itu, pemikirannya sangat kritis. Tapi ada sebagian pemikirannya yang benar,” ujarnya usai pemakaman, Kamis (9 Mei 2024). ).
Bahlil beberapa kali mendapat kritik dari Faisal Basri, misalnya terkait pelantikannya sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral baru-baru ini. Faisal menduga penunjukan Bahlil justru membuka peluang bagi mantan Ketua HIPMI itu untuk memberikan izin pertambangan.
Pada masa pemilu, Bahlil juga dituding mempolitisasi bansos secara vulgar demi kemenangan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Nama lain yang disebutkan terkait hal ini adalah Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
(ily/das)