Jakarta –

Memasuki Desa Jatibaru, Kecamatan Jatisari, Karawang, Jawa Barat, hamparan sawah hijau terlihat. Desa ini terletak sekitar 95 kilometer (km) dari Jakarta Selatan, dalam perjalanan dari Jakarta Selatan ke Bogor.

Sebagian besar lahan sawah hijau berada di belakang rumah adat. Sulaiman, seorang petani, menyukai sawah di belakang rumahnya. Tak bisa dibilang terkurung di tembok, Suleiman harus berjalan kaki sejauh 100 meter menuju sawahnya. Mungkin ada 3-4 rumah di dekat dan di belakang rumahnya.

Setiap pagi dalam perjalanan menuju persawahan, Iman, sapaan akrabnya, menempuh jalan tanah. Jaraknya hanya beberapa meter. Namun kelegaan itu diberikan oleh pepohonan rindang di perjalanan Iman. Burung gagak dan burung biasa menyambut Sulaiman saat fajar.

Bertani adalah satu-satunya pekerjaan dan penghasilan bagi Iman dan keluarganya. Ibaratnya, Anda pernah merasakan pengalaman pahit dan manis menjadi seorang petani. Pria yang akrab disapa Iman ini mengatakan permasalahan petani tidak lepas dari kepastian pendapatan, gagal panen, dan penyerapan.

Iman mengaku sudah lama bekerja sama dengan Bulog untuk budidaya padi seluas 5,5 hektar (ha). Dengan demikian, dia yakin mendapat beras dari Bulog. Kini mereka juga mendapat pelatihan dari pihak ketiga Eratani selama musim produksi padi melalui program Mitratani.

“Waktu panen tinggal satu bulan lagi. Untuk itu dengan Bulag saya serahkan seluruh (panen) Bulag dengan harga Bulag,” tulis Iman saat diwawancara Datikcom beberapa waktu lalu, Kamis (17/10/2021). 2024). .

Iman mengatakan, pelatihan yang dilakukan Bulog melalui Iratani sangat membantu. Namun, ia yakin program tersebut akan memudahkan pekerjaannya, terlebih dahulu ia perlu memberikan instruksi dari dirinya sendiri untuk menyewa alat pertanian, memasok pupuk, dan berpartisipasi.

“Saya saja tidak punya (mesin pertanian). Saya semprot tebal-tebal, Rp 25.000 per sprayer, modal (biaya sewa) dari Bulag. Lalu kalau sandep, disemprot, biasanya kita semprot atau bahkan dikeringkan. memberi , jadi tidak ada serangga, tapi kadang tidak boleh, sehingga berakhir dengan banyak sundep,” jelasnya.

Warga Jatiraga umumnya adalah buruh tani di pedesaan. Menurut Iman, pendapatan buruh tani sangat rendah. Setiap buruh tani digaji sebesar Rs 1 lakh per hari kerja per orang.

“Biaya netnya Rp 100.000 per orang, tunai Rp 80.000, saya beli rokok Rp 25.000,” jelasnya.

Melihat situasi tersebut, budidaya padi di wilayah Iman berjalan dengan baik. Warna hijau hingga kuning mendominasi, tandanya waktu panen sudah dekat. Namun jika dicermati, terdapat gulma atau parasit di dekat padi yang dapat menghambat pertumbuhan padi.

Iman mengaku sering menghadapi kendala akibat kekurangan pupuk. Penjualan dan distribusi pupuk bersubsidi dilarang dengan tujuan mendistribusikannya secara merata. Namun, ia khawatir dengan masyarakat yang menggunakan pupuk bersubsidi.

“Pupuk bersubsidi disalurkan 2 kuintal per hektar per orang. Kelangkaan sudah mulai beli, ada masyarakat yang tidak bisa bertahan, asal punya KTP, KK (kartu keluarga) bisa ditarik. Pupuk bersubsidi) jual ke mereka dan orang lain, itu tidak benar,” Iman.

Petani didukung dengan bermitra dengan Bulag. Lihat halaman berikutnya.

(adalah / gambar)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *