Denpasar –
Read More : MotoGP Mandalika Dibayangi Cacar Monyet dan Sewa Hotel Mahal
Pekan lalu, dua pembunuhan terhadap pelacur online terjadi di Bali. Apakah ada korelasi antara perkembangan pariwisata di Bali dengan maraknya prostitusi online?
Pembunuhan PSK online berinisial F dan RA yang terjadi di dua lokasi tampaknya telah mengangkat tabir gelap prostitusi online yang semakin marak di Bali.
Salah satu faktor yang melatarbelakangi munculnya PSK online di Pulau Dewata disebut-sebut adalah berkembangnya industri pariwisata.
“Faktanya, banyaknya PSK online bukan hanya disebabkan oleh berkembangnya industri pariwisata Bali dan para pekerja pariwisata di Bali. Perkembangan prostitusi online juga cukup banyak terjadi di daerah lain yang tidak bergantung pada pariwisata. Pariwisata hanyalah salah satu Universitas Udayana. Sosiolog I Gusti Ngurah Agung Krisna mengatakan Senin (6/5): “Ini salah satu faktor yang mendukung berkembangnya prostitusi online. “
Krishna meyakini ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya prostitusi online. Yang pertama adalah faktor permintaan yang disebabkan oleh industrialisasi regional. Yang kedua menyangkut faktor perkembangan teknologi.
Pelacur online dapat dengan mudah menjual jasanya hanya dengan ponsel dan koneksi internet, tanpa memerlukan agen atau bersaing dengan pelacur lainnya.
Kemudahan yang dibawa oleh kemajuan teknologi membuat prostitusi online lebih murah dibandingkan menjalankan bisnis lokal. Selain itu, pelacur online mempunyai kebebasan dalam menentukan harga layanan yang mereka berikan, meski harus menyesuaikan dengan harga pasar.
“Sekarang semakin mudah untuk mengajukan permintaan tanpa harus mencari lokasi. Melalui perangkat yang terkoneksi internet, mereka dapat menemukan kandidat yang memenuhi kebutuhan biologisnya,” jelasnya.
Faktor lainnya bersifat klasik. Kebutuhan ekonomi dan keterbatasan keterampilan mendorong masyarakat untuk menjual layanan seksual secara online dan offline.
“Kebutuhan untuk memuaskan hasrat seksual laki-laki juga dijadikan motivasi untuk melakukan hal tersebut. Bahkan, ada yang akan melakukannya berulang kali dengan klien yang sama tergantung kemampuan mereka membayar para PSK tersebut,” ujarnya.
Namun, pelacur online terkadang melakukan praktik penipuan. Mereka terkadang meminta harga lebih tinggi dari harga yang diterima pelanggan. Faktanya, rata-rata biaya layanan prostitusi online lebih tinggi dibandingkan layanan lokal.
Krishna berpendapat, pengguna jasa juga memandang pelacur hanya sebagai komoditas belaka yang bisa diperlakukan sesuka hati karena dibayar. Dengan demikian, ketika terjadi perbedaan harga, klien seakan-akan mempunyai hak untuk berbuat semaunya terhadap PSK yang disewanya.
“Dampak komodifikasi tubuh perempuan menyebabkan konsumen laki-laki melakukan hal yang fatal, seperti membunuh orang. Karena tidak memanusiakan perempuan seperti mereka. Tapi seperti barang komersial dan tidak dijadikan sarana pemuasan seksual.
——
Artikel ini dimuat di detikBali.
Saksikan video “Pemuda tikam pelajar Makassar yang putus asa setelah dibujuk ke prostitusi online” (wsw/wsw)