Jakarta –

Read More : Panasonic Bakal PHK 10.000 Karyawan

Kementerian BUMN saat ini merupakan hasil transformasi satuan kerja Tier II Kementerian Keuangan (1973-1993) yang kemudian menjadi satuan kerja Tier I (1993-1998). Pada tahun 1998 hingga tahun 2000 dan pada tahun 2001 hingga sekarang, satuan kerja ini menjadi Kementerian BUMN

Orang pertama yang menjadi menteri BUMN adalah Tanri Abeng. Dalam catatan Detikcom 10 September 2014, pria kelahiran Selayar, Sulawesi Selatan, 7 Maret 1942 itu bercerita panjang lebar soal pengangkatannya menjadi Menteri BUMN.

Tanari mengatakan, pernah terjadi krisis di Indonesia pada tahun 1998. Saat itu, Presiden Soeharto juga menandatangani pinjaman sebesar $42 miliar dengan IMF.

“Terjadi krisis pada tanggal 15 Januari 1998, sehingga Pak Harto (almarhum mantan Presiden Indonesia Soeharto) menandatangani pinjaman sebesar US$42 miliar dengan IMF. Setelah menandatangani pinjaman tersebut, Pak Harto membuat pernyataan di televisi bahwa “Orang tidak harus khawatir dengan utang karena kita masih punya banyak perusahaan milik negara.”

Menurut Tanri, perhitungan Soeharto saat itu, dengan 158 BUMN, jika dikelola dengan baik maka nilainya bisa meningkat. Negara juga bisa menjual sesuatu untuk membayar utangnya. Namun sayangnya Soeharto belum paham bagaimana cara meningkatkan nilai BUMN.

“Saat itu saya menjabat CEO Bakery (Bakery Group), lalu presiden komisaris PT Multi Bintang dan BAT. Pak Harto melihat saya punya pengalaman panjang dalam manajemen perusahaan. Singkat cerita Pak Harto mengajak saya ke Bina Graha,” ujarnya.

Saat itu belum lazim orang mengunjungi planet Bina secara langsung. Tanari merasa terhormat bisa hadir dan menerima penjelasan dari Presiden kedua RI.

“Saya baru tanda tangan nota kesepahaman dengan IMF. Ada utang di sana. Tapi saya punya 158 BUMN. Tapi 158 BUMN ini kebanyakan tidak sehat,” kata Tanri menirukan ucapan Soeharto.

Soeharto pun menanyakan kepada Tanri apa yang harus dilakukan agar BUMN sehat. Tanari menjawab, Indonesia sebaiknya meningkatkan nilai BUMN-BUMN tersebut, dan jika nilainya tinggi, ada yang bisa dijual.

Tiga hari sebelum pengumuman Kabinet Pembangunan Ketujuh, Tanri kembali diundang bertemu Jenderal Tersenyum.

“Pak Tanri Abeng, saya mohon bantu saya di Biro Pembangunan Ketujuh untuk mengurus BUMN yang akan saya umumkan 3 hari lagi,” kata Tanri menirukan Soeharto.

Tanari heran karena Presiden tidak merinci fungsi pokoknya dalam mengelola BUMN. Karena tidak punya pilihan, Tanri mengangguk.

“Padahal saya tidak paham apa yang ingin dia lakukan, tapi katanya kabinet yang mengurus BUMN, logikanya menteri tidak. Dia menjelaskan.

Tanari mulai mencari bala bantuan untuk misi barunya, menghubungi beberapa teman lama untuk memperdalam ilmu birokrasi.

“Sebelum diumumkan, saya minta bantuan teman-teman yang terlibat di birokrasi, termasuk Pak Marzuki Usman yang saat itu menjabat Dirjen Kementerian Keuangan. Saya tanya birokrasinya seperti apa, katanya akan .Pada akhirnya dia menjadi sekretaris saya, tambahnya.

Tiga hari kemudian, pengumuman yang ditunggu-tunggu pun datang. Muncul kementerian baru bernama Kementerian Negara yang memanfaatkan BUMN. Nama menterinya, Tanri Abeng, pun terungkap.

Katanya: “Saya nonton televisi di rumah, benarkah saya ingin dinyatakan menjadi menteri?

Menurut Soeharto saat itu, peran Menteri BUMN adalah berperan menjadikan BUMN lebih sehat, menguntungkan, dan bernilai lebih.

“Lalu kalau harganya naik, saya akan jual sebagian untuk melunasi utangnya,” kata Tanri menirukan ucapan Soeharto.

Kini, Perdana Menteri BUMN telah meninggal dunia. Dia meninggal pagi ini. (ACD/DAS)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *