Batavia –
Seorang pengusaha berbicara tentang kedatangan kelas menengah di Indonesia. Dalam 5 tahun terakhir, jumlah kelas menengah mengalami penurunan, sedangkan jumlah kelas rentan dan miskin mengalami peningkatan, terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BTS).
Shinta Kamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), mengatakan penciptaan lapangan kerja menjadi kunci agar kelas menengah tidak terpuruk, dan juga bisa naik pangkat. Menurutnya, penciptaan lapangan kerja bukan hanya tugas pabrik dan badan usaha, tapi juga tugas usaha menengah, kecil, dan mikro (UKM).
Menurutnya, banyak perusahaan dan industri, terutama sektor yang berorientasi ekspor, sedang mengalami masa-masa sulit, terutama di saat perekonomian global dan kekuatan komparatif sedang lemah.
“Kami melihat kuncinya adalah menciptakan lapangan kerja. Kita tidak bisa bergantung pada UKM selain industri, jadi salah satu pendorongnya adalah peningkatan kelas menengah,” jelas Shinta dalam pertemuan tersebut. Rabu (9 April 2024) di Kompleks Istana Kepresidenan Batavia Tengah.
Di tengah kondisi yang tidak adil tersebut, Shinta menilai UKM diperbolehkan untuk menopang siklus perekonomian dalam negeri. Menurut dia, pemerintah harus lebih memberikan insentif kepada UKM untuk mengembangkan usahanya dan menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Kita tidak memerlukan lebih banyak insentif untuk mengembangkannya. Daripada melihat situasi global, dampaknya tersembunyi di sisi permintaan, tapi kita perlu berproduksi. Kita perlu melakukannya tumbuh melampaui permintaan dalam negeri,” jelas Sita.
“Ini akan memperbaiki lingkungan bisnis yang ada dan memungkinkan pertumbuhan kelas menengah,” ulangnya.
Memang dari sisi perpajakan, sektor UKM dikenakan pajak lebih sedikit. Namun, menurut Shinta, insentif bukan sekadar pajak. Kepergian dunia usaha telah meningkatkan biaya dan permintaan terhadap pengangguran. Dengan cara ini, UKM dapat berkembang, lapangan kerja dapat meningkat, perekonomian dapat tumbuh, dan masyarakat dapat menjadi lebih baik.
“Kita bicara insentif bukan hanya soal pajak. Cost of doing business itu terkait dengan cost of doing business. Indonesia juga bersaing dengan banyak negara yang biayanya lebih fixed dibandingkan kita. Biaya energi, biaya logistik, biaya, dan lain-lain. itu semua “bagian dari bisnis yang melakukan rekreasi,” kata Shinta.
Kelas menengah Indonesia akan mencapai 47,85 juta orang pada tahun 2024, atau 17,13 persen dari populasi negara, menurut catatan BPS. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019 yaitu sebanyak 57,33 juta jiwa atau 21,45 persen dari total penduduk.
Sementara itu, pada tahun 2019, hanya 128,85 juta atau 48,20% dari total penduduk, atau 137,50 juta jiwa atau 49,22% dari total penduduk, informasi mengenai kelompok rentan material menengah atau calon kelas menengah justru semakin meningkat.
Begitu pula dengan jumlah kelompok rentan kemiskinan yang meningkat sebanyak 54,97 juta jiwa atau 20,56% dari tahun 2019 mencapai 67,69 juta jiwa atau 24,23% dari total penduduk. Artinya, banyak kelompok kelas menengah yang tersingkir dari persaingan.
Sementara itu, kelompok miskin juga mengalami sedikit peningkatan dari 25,14 juta orang atau 9,41% pada tahun 2019 menjadi 25,22 juta orang atau 9,03% pada tahun 2024. Sementara itu, kelompok KTT mengalami peningkatan kecil sebanyak 10 juta orang sejak tahun 2019. Pada tahun 2024 berjumlah 0,38% atau 1,07 juta jiwa atau 0,38% dari total penduduk.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menunjukkan bahwa kelas menengah Indonesia akhir-akhir ini terkena dampak kasta. Ia meyakini penurunan kelas menengah disebabkan oleh resesi ekonomi global, kecuali COVID-19 yang melanda perekonomian kelas menengah 2 2-3 tahun lalu.
Menurut Jokowi, permasalahan seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Namun, banyak negara di dunia yang menentang masalah ini.
“Ekonomi global sedang resesi dan COVID-19 sudah 2-3 tahun yang lalu, sehingga masalah ini terjadi hampir di semua negara. Semua negara sekarang sama kesulitannya,” kata Jokowi dalam pertemuan di RS Persahabatan Timur. Batavia / 8/2024) pada suatu ketika.
Saksikan juga tayangannya: Jajaran festival edisi kelima ini menghadirkan 55 UKM
(hal/fdl)