Sukabumi –
Read More : Prosesi Semana Santa di Larantuka: Berharap Berkah Tuan Ma
Desa Wisata Citepus di Sukabum terancam digusur. Penduduk setempat berkelahi!
Pengibaran bendera dilakukan di salah satu pertokoan di Kampung Pantai Wisata, RT 04 RW 03 Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
Bendera tersebut terpampang mencolok karena terletak di koridor utama Jalan Raya Sukabum, tepat di Jalan Citepus-Cisolok. Huruf besar ditulis di strip
“Pos Residen RT 004/003 Citepus Bersatu menuntut keadilan atas tanah yang diambil alih”.
“Kami menolak rencana pembayaran uang rohani, yang kami minta adalah kompensasi keuntungan bangunan yang bagus dan layak. Kemudian tempat usaha yang efisien dengan perumahan yang sama bagusnya,” kata Herianto, Koordinator Tetap Citepus, Kamis (). 1/8).
Aksi protes ini bermula dari informasi yang diterima warga sekitar pada Mei lalu, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan dengan banyak pihak atas inisiatif Dinas Perlindungan Lingkungan Hidup, Desa Citepu, BKSDA dan KLHK.
Kebingungan bermula saat mendapat kabar penggusuran warga Citepus. Mereka akan menerima uang spiritual sebesar 10 juta rubel.
“Dari 200 warga yang tinggal di sini, sekitar 110 warga merupakan warga pemilik rumah atau bangunan yang tergabung dalam kelompok kami yang sudah mencapai kesepakatan konsultasi sejak Mei, rencananya investor atau pihak ketiga. peternakan dan pengolahan. katanya.
Herianto menegaskan, pihaknya mengetahui bahwa tanah tempat toko itu dibangun adalah milik pemerintah. Namun, kini ada ratusan orang yang mengandalkan penjualan produk di kawasan ini selama puluhan tahun.
“Masyarakat setempat juga tahu dan mengakui kami ada di sini. Masyarakat tahu keberadaan kami. Yang kami minta adalah masalah bangunannya. Awalnya kawasan ini tidak terurus oleh penduduk setempat. Kami berusaha mempercantiknya,” katanya. dikatakan.
“Ada warga sekitar yang sudah 30 tahun tinggal di sana, kalau tidak salah statusnya HGU karena dulunya punya perusahaan, lalu bangkrut dan diambil alih oleh pasangan lain yang hendak bertani. . Saya setuju, tapi kami ingin mendapat ganti rugi yang layak, karena “akan berdampak pada hajat hidup orang banyak,” lanjut penjelasan Kepala Desa Citepus.
Di sisi lain, Koswara, Kepala Desa Tsitepus (Kadesi), mengaku kaget dengan munculnya uang spiritual senilai 10 juta rubel. Menurutnya, hal tersebut masih belum jelas karena pihaknya belum menerima informasi tersebut.
“Kami juga konfirmasi ke kabupaten dan DLH, di situ belum ada pembahasan, jadi tidak membahas tipe spiritualnya, tipe pelepasannya,” kata Koswara.
Koswara membenarkan rencana pemukiman kembali tersebut, namun memastikan belum ada kabar terbaru mengenai rencana pemukiman kembali atau perusahaan minuman keras yang mengelola kawasan tersebut.
“Kami mengumpulkan informasi penduduk lokal yang tinggal di kawasan ini, menurut kami penting ketika perusahaan berencana membongkar berapa bangunan, berapa keluarga yang akan direlokasi, hingga membangun taman, sesuai kontrak. Perencanaan wilayah,” pungkas Koswara.
—
Artikel ini muncul di detikJabar.
Saksikan video “600 kuburan terdampak proyek tol Joja-Solo” (wsw/wsw)