Jakarta –
Jepang sedang menghadapi masalah serius akibat pertumbuhan populasi dan penuaan. Acara ini diperingati secara luas dalam rangka “Hari Penghormatan Orang Lanjut Usia”.
Pada Sabtu (21/9/2024), CNBC mengutip data pemerintah yang dirilis menjelang acara tersebut yang menunjukkan bahwa populasi Jepang berusia 65 tahun ke atas mencapai rekor 36,25 juta jiwa.
Meskipun jumlah penduduk negara tersebut mengalami penurunan, namun segmen penduduk berusia 65 tahun ke atas ini meningkat menjadi 29,3% dari total penduduk. Menurut Departemen Statistik Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi, statistik ini merupakan yang tertinggi dibandingkan negara mana pun.
Menurut Robert Feldman, penasihat senior di Morgan Stanley MUFG Securities, data tersebut menambah kekhawatiran mengenai demografi seluler dan krisis tenaga kerja di Negeri Matahari Terbit. Survei yang dilakukan Teikoku Databank bulan lalu menemukan bahwa 51% perusahaan di industri Jepang tidak memiliki karyawan tetap.
Ia mencatat bahwa kekurangan tenaga kerja terutama dirasakan di industri padat karya seperti jasa makanan. Sementara itu, pada tahun 2023, jumlah pekerja Jepang berusia 65 tahun ke atas meningkat selama 20 tahun berturut-turut hingga mencapai rekor 9,14 juta.
Feldman memperingatkan bahwa ketika pekerja yang lebih tua mulai pensiun dari dunia kerja, jumlah pekerja muda yang akan menggantikan mereka tidak akan sama. Berdasarkan tren saat ini, proporsi penduduk lanjut usia di Jepang diperkirakan akan terus meningkat dan mencapai 34,8% pada tahun 2040.
Sementara itu, Feldman memperkirakan dalam catatan penelitian Morgan Stanley baru-baru ini bahwa berdasarkan tren demografi masa lalu, total angkatan kerja dapat menyusut dari 69,3 juta pada tahun 2023 menjadi 49,1 juta pada tahun 2050.
Pemerintah Jepang menyadari kerugian ekonomi dan sosial yang diakibatkan oleh situasi ini dan telah menyiapkan strategi untuk mengatasinya. Kantor Perdana Menteri Fumio Kishida telah mulai menerapkan kebijakan yang mencakup lebih banyak dana untuk membesarkan anak dan lebih banyak fasilitas penitipan anak di negara tersebut.
Pemerintah daerah telah mengambil langkah-langkah untuk mempromosikan aplikasi kencan sosial yang bertujuan untuk berbaur, menikah, dan memiliki anak di kalangan masyarakat Jepang.
Namun, peningkatan angka kelahiran tidak akan membantu mengurangi kekurangan tenaga kerja dalam jangka pendek. Oleh karena itu, Jepang masih terbuka bagi pekerja migran, dengan target mencapai rekor 2 juta pekerja asing pada tahun 2024 dan 800.000 pekerja asing lainnya dalam lima tahun ke depan.
Tonton Video: Orang Jepang Tak Suka Menikah, Populasinya Menurun 15 Tahun Berturut-turut
(ily/ara)