Jakarta –
Jakarta merupakan salah satu provinsi yang paling bergantung pada air minum dalam kemasan. Pada tahun 2023, sekitar 79,39% rumah tangga di DKI Jakarta akan bergantung pada galon air dan air minum kemasan lainnya. Meningkatnya urbanisasi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya air bersih menjadi pendorong utama peningkatan konsumsi air minum dalam kemasan.
Kemudahan transportasi di perkotaan juga menjadi faktor yang menyebabkan Jakarta memimpin penggunaan air minum dalam kemasan.
Namun menariknya, wilayah Pulau Seribu yang merupakan bagian dari Provinsi DKI Jakarta memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap air minum dalam kemasan. Pada tahun 2022, data BPS menunjukkan 97,89% rumah tangga di Kepulauan Seribu menggunakan air kemasan sebagai sumber air minum utama.
Ketergantungan ini lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, seperti tahun 2020 dan 2021 yang masing-masing tercatat sebesar 87,12%. Hal ini dipengaruhi oleh terbatasnya akses terhadap infrastruktur air bersih dan air mengalir.
Secara geografis, Kepulauan Seribu terdiri dari dua subwilayah, yaitu Kepulauan Seribu Selatan dan Kepulauan Seribu Utara, dengan jumlah penduduk sebanyak 23.876 jiwa pada tahun 2014. Karena letaknya di pulau, akses terhadap air bersih sangat terbatas sehingga keluarga lebih memilih air minum kemasan. .
Infrastruktur air bersih yang tidak memadai dan geografi pulau yang sulit dijangkau adalah alasan utama mengapa air kemasan menjadi pilihan yang hampir tidak dapat dihindari oleh masyarakat.
Melihat angka tersebut, sebaiknya pemerintah mengkaji ulang rencana pembangunan infrastruktur air bersih di Kepulauan Seribu. Jika tidak segera diatasi, ketergantungan terhadap air minum dalam kemasan kemungkinan akan meningkat dan membebani keuangan rumah tangga, terutama di wilayah kepulauan yang aksesnya terbatas.
Kunjungi CNBCIndonesia.com untuk membaca detail selengkapnya dan menyaksikan video “Pemandangan reruntuhan gedung RS Haji era Belanda di Kepulauan Sribhu” (ddn/ddn).