Jakarta –
Read More : Pindah ke Arab Saudi, Gaji Striker Inggris Ini Naik 13 Kali Lipat
Arief Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), angkat bicara soal rencana pembelian Perum Bulog, perusahaan pangan asal Kamboja. Menurutnya, perlu penelitian lebih mendalam untuk merealisasikan rencana tersebut.
Ia mencatat, banyak negara yang mempraktikkan praktik kepemilikan perusahaan pangan di luar negeri. China dan Malaysia mengaku sudah melakukan hal tersebut.
“Padahal kalau kita mau lintas negara harus lihat ini, China yang melakukannya, Malaysia punya peternakan di Australia, ini lintas negara. Biasanya beberapa negara tidak mengizinkan produksi di negaranya,” dia dikatakan. Bertemu dengan Arief. Jakarta, Kompleks Kepresidenan ibu kota; Jumat (14/6/2024).
Namun meskipun Indonesia memiliki perusahaan pangan asing, produksi pangan lokal harus diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia, katanya.
“Tapi kalau produksi lokal diterima, yang diprioritaskan adalah produk lokal,” kata Arief.
Arief mengatakan Indonesia akan mendapat manfaat jika memiliki perusahaan pangan di luar negeri. Pertama, Indonesia bisa menjual pangan ke luar negeri dengan lebih leluasa; Sebab, perusahaan asing bisa menjual stok pangan ke negara lain.
“(Mengakuisisi perusahaan Kamboja) itu alternatif, jadi kalau konsepnya seperti perdagangan global harus dijajaki,” jelas Arief.
“Jadi misalnya kalau berdagang ke luar negeri, bebas menanamnya, menanamnya di mana saja, kalau dalam negeri tidak diperlukan, bisa dijual ke luar negeri, tidak ada ruginya,” imbuhnya.
Oleh karena itu, meski produksi pangan Indonesia lemah, namun produksi perusahaan pangan asing bisa menjadi cadangan. Memang masih impor, tapi lebih murah dan mudah.
“Indonesia akan lebih mudah dijangkau jika diperlukan,” kata Arief.
Lihat juga ‘Jokowi menunjuk Luhut untuk mengelola Bulog untuk membeli perusahaan beras Kamboja’.
(kilo/kilo)