Jakarta –
Menyusul serangan yang Israel katakan menargetkan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menuduh Israel menggunakan beberapa bom penghancur bunker yang bersumber dari AS dalam serangan itu. Nasrallah sendiri dikabarkan telah meninggal.
“Pagi ini, pemerintah Israel menggunakan beberapa bom seberat 5.000 pon yang dipasok oleh Amerika Serikat untuk menyerang kawasan pemukiman di Beirut,” katanya dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB.
Dalam sebuah pernyataan
Menurut Channel 12 Israel, Angkatan Udara Israel menjatuhkan sekitar 85 bom yang menembus bunker yang berisi satu ton bahan peledak. Penghancur bunker adalah senjata khusus yang dikembangkan oleh militer Amerika Serikat untuk menembus dan menghancurkan bangunan yang dibentengi atau terkubur dalam.
Bom tersebut dirancang untuk menargetkan bunker militer, fasilitas bawah tanah, dan situs berbenteng yang tidak dapat dihancurkan oleh senjata konvensional. Bunker Buster telah menjadi alat penting dalam peperangan modern.
Meskipun pemesan tidak secara spesifik dilarang oleh hukum internasional, penggunaannya di kawasan pemukiman melanggar hukum kemanusiaan internasional berdasarkan Konvensi Jenewa.
Misalnya, GBU-28 dikembangkan pada tahun 1991 selama Perang Teluk untuk menghancurkan bunker militer Irak. Menurut TRT detikINET, bom ini memiliki berat sekitar 5.000 pon dan dilengkapi dengan sistem panduan laser yang memungkinkan terjadinya serangan tepat.
GBU-37 adalah pembom lain yang menargetkan instalasi militer bawah tanah. Berbeda dengan GBU-28 yang dipandu laser, GBU-37 dipandu oleh GPS, yang membuatnya efektif bahkan dalam kondisi cuaca buruk dan memastikan keakuratan target yang terkubur dalam.
Bom jenis ini menembus lapisan tanah, batu atau beton bertulang. Peluru bom terbuat dari bahan yang sangat kuat sehingga mampu menahan benturan yang kuat sebelum menembus jauh ke sasarannya.
Bunker Busters dilengkapi dengan apa yang disebut sekering penundaan, yang memungkinkan bom meledak hanya setelah menembus sasarannya. Hal ini memastikan kerusakan maksimum pada fasilitas bawah tanah seperti pusat komando atau depot amunisi.
Tonton videonya: Pemimpin Hizbullah tewas dalam serangan Israel di Beirut
(jentik/jentik)