Jakarta –

Peneliti dari ITB prof. Dr. Ronny Purwadi mengatakan pengembangan bioetanol tidak hanya penting dari segi ketahanan energi, tetapi juga memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perekonomian. Apakah begitu?

Pernyataan Ronny bukan tanpa alasan. Jika pemerintah lebih fokus pada peningkatan bioetanol, Ronny memperkirakan akan menciptakan lapangan kerja, berkembangnya industri bioetanol di Indonesia dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di pedesaan, terutama di daerah yang memiliki potensi besar untuk pengembangan bahan baku biomassa.

“Investasi di sektor bioetanol dapat membawa manfaat ekonomi bagi petani lokal pemasok bahan baku seperti sorgum, singkong, atau tebu,” kata Ronny.

“Untuk mencapai target E5 di tingkat nasional, dibutuhkan sekitar 2,3 juta kiloliter bioetanol per tahun. Hal ini memerlukan investasi infrastruktur produksi yang signifikan, termasuk pembangunan 40 pabrik bioetanol dengan kapasitas sekitar 60 ribu kL etanol per tahun sepanjang tahun. Indonesia dengan nilai “Investasinya diperkirakan mencapai USD 4 miliar. Selain meningkatkan ketahanan energi, investasi implementasi E5 nasional dapat menciptakan lebih dari 12 ribu lapangan kerja,” tambah Ronny.

Lebih lanjut Ronny juga menjelaskan peningkatan ketersediaan bioetanol dapat menjadi insentif bagi produsen mobil untuk meningkatkan investasi pengembangan Flexy Fuel Vehicle.

“Dengan penerapan E10 dan E20 serta pengembangan Flexy Fuel Vehicle, permintaan bioetanol akan meningkat secara signifikan, sehingga berkontribusi terhadap penciptaan lebih banyak lapangan kerja di masa depan. Selain itu, industri bioetanol juga memberikan peluang bagi pengembangan industri bioetanol. industri hilir antara lain produksi peralatan pabrik, inovasi teknologi dan pengembangan produksi bioetanol berbasis biomassa,” kata Ronny.

“Yang tidak kalah pentingnya, dengan mengurangi impor bahan bakar fosil, Indonesia akan dapat menghemat devisa yang digunakan untuk membeli minyak dari negara lain. Dana tersebut dapat digunakan kembali untuk investasi terbarukan, infrastruktur energi, dan proyek pengembangan sumber daya lokal yang berkelanjutan,” tambah Ronny. Bioetanol juga berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon

Ronny berpendapat jika bahan bakar bioetanol digunakan dalam transportasi, otomatis transportasi akan membantu mengurangi emisi karbon.

“Sektor transportasi merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia. Penggunaan bahan bakar fosil seperti bensin dan solar dalam jumlah besar menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan perubahan iklim. solusi penurunan emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi “Sebagai bahan bakar yang dihasilkan dari sumber terbarukan, bioetanol menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih sedikit dibandingkan bahan bakar fosil,” kata Ronny.

“Bioetanol dapat berperan penting dalam mendukung transisi menuju energi yang lebih bersih. Selain itu, pengembangan bioetanol juga sejalan dengan tujuan Indonesia untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi nasional. sangat terbatas, terutama campuran E5 di Jakarta dan Surabaya. Namun, dengan rencana yang jelas dan dukungan regulasi yang kuat, Indonesia memiliki potensi besar untuk memperluas penggunaan bioetanol di seluruh kawasan dan mengurangi dampak negatif emisi karbon di sektor transportasi,” Ronny menyimpulkan. Simak video “Respon Jokowi Saat Luhut Minta Pertamina Ambil Alih Perusahaan Brazil” (lth/rgr)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *