Jakarta –

Ekskresi atau buang air besar merupakan proses pengeluaran feses atau limbah dari sistem pencernaan tubuh. Sering atau tidaknya seseorang buang air besar ternyata bisa menunjukkan kondisi kesehatan tubuhnya dalam jangka waktu yang lama.

Mengutip Health, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Cell Reports Medicine yang dilakukan oleh Institute for Systems Biology (ISB) menunjukkan bahwa frekuensi seseorang buang air besar per hari atau minggu dapat memengaruhi mikrobioma dan risiko penyakit kronis.

“Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bagaimana frekuensi buang air besar yang tidak normal dapat menjadi faktor risiko penting dalam perkembangan penyakit kronis,” kata Sean Gibbons, Ph.D., profesor di Institute for Systems Biology.

Tidak hanya itu, penelitian baru menemukan ‘zona Goldilocks’ pada frekuensi buang air besar, yaitu berapa kali seseorang buang air besar per hari, yang dikaitkan dengan peningkatan kesehatan usus.

Studi baru ini mengamati data kesehatan dan gaya hidup lebih dari 1.400 orang dewasa sehat berusia 19 hingga 89 tahun, tidak termasuk mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu atau sedang mengonsumsi obat. Sebanyak 83 persen pesertanya berkulit putih, sebagian besar berasal dari Pacific Northwest, dan lebih dari separuhnya adalah perempuan.

Data tersebut, termasuk sampel darah dan tinja, dikumpulkan oleh Arrival, sebuah perusahaan bioteknologi yang sekarang sudah tidak beroperasi lagi dan beroperasi di Seattle antara tahun 2015 dan 2019. Para peneliti memeriksa frekuensi buang air besar yang dilaporkan dan mengelompokkannya ke dalam empat kategori berikut: Sembelit: satu atau satu kali. dua kali buang air besar per minggu Rendah-normal: tiga hingga enam kali buang air besar per minggu Tinggi-normal: antara satu hingga tiga kali buang air besar per hari Diare: empat atau lebih buang air besar per hari

Setelah semua data dikumpulkan, tim ISB mencari hubungan antara buang air besar partisipan dan faktor lain, termasuk gaya hidup, demografi, genetika, kesehatan mikrobioma usus, metabolisme darah, dan kimia plasma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang lebih muda, wanita, dan orang dengan indeks massa tubuh (BMI) lebih rendah sering kali lebih jarang buang air besar.

Namun, para peneliti juga menemukan tanda-tanda jelas variasi frekuensi buang air besar antara darah dan tinja pada individu sehat, tidak tergantung pada usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, genetika, dan berbagai penanda kesehatan.

Berikutnya: Peran beberapa bakteri dalam usus Saksikan video “Usahakan agar terhindar dari wasir dan susah buang air besar tanpa masalah” (kna/kna)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *