Jakarta –
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2024 melambat dibandingkan dua periode sebelumnya. Namun jika situasi ini tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa menjadi lingkaran setan yang terus melemahkan perekonomian Indonesia.
Direktur Segarra Institute Peter Abdullah menjelaskan rendahnya pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat berdampak langsung pada tingkat investasi dan penciptaan lapangan kerja baru. Artinya, jika tingkat pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 5%, maka tingkat pertumbuhan lapangan kerja hanya akan berada di angka 5%.
“Penciptaan lapangan kerja baru dipengaruhi oleh investasi dan pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Oleh karena itu, jika perkiraan laju pertumbuhan ekonomi tahun ini berada pada kisaran 5%, berarti penciptaan lapangan kerja kita juga akan berada pada kisaran 5%. Menyerap seluruh tenaga kerja yang bekerja,” kata Piter saat dihubungi detikcom, Kamis (11 Juli 2024).
Padahal, menurutnya, penciptaan lapangan kerja penting untuk meningkatkan konsumsi keluarga di tingkat nasional. Pada akhirnya, masyarakat membutuhkan pekerjaan untuk memperoleh pendapatan, dan pendapatan tersebut digunakan sebagai modal konsumsi.
Menurut Peter, konsumsi keluarga menjadi salah satu faktor terbesar pendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Artinya, menurunnya konsumsi masyarakat akibat berkurangnya lapangan kerja baru akan berdampak langsung pada melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kontribusi konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi besar, kurang lebih 50% atau lebih. Oleh karena itu, otomatis tingkat pertumbuhan ekonomi menurun karena penurunan daya beli dan penurunan konsumsi,” jelasnya.
Nah, jika situasi ini terulang, apa yang dikatakan Peter bisa menjadi lingkaran setan. Pertumbuhan ekonomi yang rendah dapat mengurangi penciptaan lapangan kerja baru, namun berkurangnya lapangan kerja baru dapat melemahkan konsumsi yang pada akhirnya dapat menurunkan kinerja perekonomian nasional.
“Ini adalah lingkaran setan: pertumbuhan membutuhkan konsumsi, konsumsi membutuhkan lapangan kerja, dan lapangan kerja membutuhkan pertumbuhan ekonomi. Begitulah adanya,” jelas Peter.
Karena itu, dia berharap pemerintah bisa memutus rantai kerentanan perekonomian. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan investasi dalam negeri yang secara langsung dapat meningkatkan kesempatan kerja. Kesempatan kerja tersebut dapat meningkatkan daya beli masyarakat.
Perdana Menteri Peter mengatakan, “Inilah sebabnya pemerintah harus benar-benar mewaspadai lingkaran setan yang dapat berujung pada pengentasan kemiskinan,” seraya menambahkan, “Dengan kata lain, harus ada upaya untuk mendorong perluasan investasi, yang pada akhirnya menciptakan kemiskinan. pekerjaan melalui investasi.”
“Kesempatan kerja merangsang pertumbuhan konsumsi dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menarik investasi. Oleh karena itu, pemerintah harus menciptakan lingkungan investasi yang baik,” lanjutnya.
Tauhid Ahmad, Direktur Institute for Development Economics and Finance (INDEF), bersama Piter mengatakan, salah satu penyebab utama melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kurang dari 5% pada kuartal III adalah penurunan konsumsi masyarakat.
Dia menjelaskan, penurunan tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah ketersediaan lapangan kerja yang menurut Tauhid belum mampu memberikan pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
“Secara umum ada beberapa alasan masyarakat melakukan konsumsi,” kata Tauhid. Pertama, karena lapangan kerja yang tersedia tidak bisa memberikan penghidupan yang layak,” ujarnya.
Menurut Tauhid, persoalan pemutusan hubungan kerja massal (PHK) tentu semakin menekan ketersediaan lapangan kerja dan sekaligus menurunkan daya beli masyarakat. Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi akan melambat, dan jika tidak diatasi, siklus ini akan terus berulang.
Ia mengatakan, “Jika PHK dan pengangguran meningkat, otomatis pertumbuhan ekonomi melemah. “Kalau ekonomi tumbuh maka pengangguran bisa berkurang, tapi kalau pengangguran tinggi konsumsi juga bisa berkurang,” jelasnya.
Untuk itu, Perdana Menteri Tauhid juga menyarankan pemerintah untuk memperbaiki lingkungan investasi dalam negeri. Sebab, lapangan kerja baru bisa tercipta melalui investasi, dan keadaan ini akan meningkatkan konsumsi masyarakat, dan sebagainya.
Simak juga: Respons Jokowi terhadap Deflasi 5 Bulan Berturut-turut
(fdl/fdl)