Jakarta –
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengunjungi fasilitas industri terintegrasi CNGR yang terletak di Distrik Qinzhou di Tiongkok selatan. Jaraknya sekitar 90 km dari kota Nanning di Tiongkok selatan. Kedatangan Airlang diterima langsung dari Ketua CNGR Deng Wei Ming.
Langsung ke Airlang, OESBF menguji perangkat teknologi ketahanan cadangan mineral, yang mungkin nikel lebih beragam. Kemudian unit elektrolitik nikel menggunakan teknologi ekstraksi sentrifugal.
Selanjutnya kita akan melihat teknologi produksi prekursor bahan baku baterai lithium yang digunakan oleh banyak industri terkemuka seperti Tesla, Samsung, LG, SK, Panasonic.
Dalam kunjungan tersebut, Airlangga juga mendorong CNGR untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk membantu pengembangan bahan penelitian dan pengembangan energi baru. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT UGM) dalam hal ini.
Dalam kerangka kerja sama tersebut, sedang dilakukan persiapan untuk mendirikan Pusat Penelitian dan Pengembangan Energi Logam atau Pusat Penelitian Bahan Energi. Pada saat yang sama, UGM berperan dalam pengembangan Pusat Inovasi Penelitian Keinsinyuran UGM yang lebih fokus pada daur ulang, unsur tanah jarang, dan simpanan material di Indonesia.
Airlangga berharap dukungan CNGR lebih fokus pada material energi baru.
Di sisi lain, Deng menyampaikan keinginannya untuk bekerja sama dengan universitas-universitas Indonesia.
“CNGR berkomitmen bekerja sama dengan universitas-universitas terkemuka di Indonesia untuk mengembangkan berbagai teknologi industri material untuk energi baru di Indonesia,” ujarnya dalam keterangannya, Senin (27/05/2024).
CNGR dikenal sebagai konglomerat besar Tiongkok dalam industri penyulingan nikel, pemimpin dalam pengembangan dan inovasi bahan energi, dan diakui sebagai pemimpin dunia dalam bahan energi baru. CNGR menerapkan 4 modernisasi industri yaitu diversifikasi teknologi, globalisasi pembangunan, digitalisasi operasional dan ekologi industri.
Sebagai industri pengolahan nikel yang terintegrasi, CNGR memproduksi sintesis prekursor terner dan nikel elektrolitik. CNGR berencana berinvestasi sebesar Rp168,2 triliun dalam 20 tahun ke depan dan telah berinvestasi sebesar Rp32,1 triliun di Indonesia sejak tahun 2021. CNGR telah membangun fasilitas industri pengolahan nikel di Morowali, Morowali Utara, Teluk Weda dan Batulicine.
Saat ini, CNGR sedang memulai pembangunan fasilitas kawasan terpadu bernama Konasara Green Techno Industrial Zone (KITHK) seluas lebih dari 5.000 hektar di Konawa Utara, yang pembangunannya direncanakan akan dimulai pada tahun 2024. pada kuartal keempat dan diperkirakan akan mempekerjakan sekitar 28.000 pekerja lokal.
Untuk menjaga kelestarian sumber daya alam dan kekuatan cadangan mineral Indonesia, CNGR mengolah bijih nikel menggunakan teknologi inovatif OESBF (Oxygen Enriched Side Blown Furnace), yang merupakan bijih nikel industri pertama di dunia yang menggunakan jangkauan lebih luas. kelas, mengurangi efisiensi energi dan menghasilkan limbah ramah lingkungan yang dapat dimanfaatkan oleh industri lain.
Selain itu, berkat sinergi dengan kebijakan sumber daya mineral Indonesia, CNGR mampu memproduksi nikel elektrolitik (katoda nikel) dengan kemurnian 99,99%. 23 Mei 2024 CNGR juga menambahkan nikel Indonesia ke dalam rantai pasok logam di LME (London Metal Exchange).
(acd/pemilik)