Jakarta-
Sebanyak 53 siswa SMP Negeri 8 Kota Tangsel, Provinsi Banten, terjangkit cacar air beberapa waktu lalu. Epidemi ini bahkan memaksa sekolah melakukan “lockdown” sementara.
Pihak sekolah memutuskan untuk sementara waktu menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hal ini dilakukan sebagai upaya mencegah penularan penyakit cacar air kepada siswa lainnya.
Menyikapi hal tersebut, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Januarso SpA(K) mengatakan, angka kejadian cacar air pada anak saat ini semakin meningkat.
Ya, ada peningkatan kasus (cacar air), kata dr Piprim saat dihubungi detikcom, Jumat (1/1/2024).
Dr Piprim menambahkan, peningkatan jumlah wabah cacar sayangnya tidak diimbangi dengan jumlah vaksinasi pada anak.
“Vaksinasi cacar air belum menjadi program vaksinasi nasional, sehingga cakupan vaksinasi masih rendah. Hanya masyarakat yang mampu membayar vaksinasi cacar di layanan swasta yang divaksinasi,” ujarnya.
IDAI menghimbau untuk tidak menganggap remeh penyakit cacar air
Senada, anggota Satgas Koordinasi Penularan Penyakit Tropis IDAI, Dr Angraini Alam SpA(K), mengimbau masyarakat tidak menganggap enteng penyakit ini. Sebab, cacar air bisa menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik.
“Jika diabaikan, penyakit ini pasti dapat menimbulkan komplikasi yang serius, terutama pada anak yang daya tahan tubuhnya lemah,” kata dr Angraini saat dihubungi detikcom, Jumat (1/1/2024).
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain infeksi bakteri pada kulit, infeksi paru-paru (pneumonia), kehilangan kesadaran, dan penyakit lain yang dapat menyerang anak karena imunitasnya rendah, lanjutnya.
Meski cacar air bisa menyerang siapa saja, Dr. Angraini mengatakan anak-anak di bawah 10 tahun lebih rentan terkena infeksi tersebut. Bahkan, anak di bawah satu tahun pun rentan tertular karena belum bisa mendapatkan vaksin cacar air. Simak video “Ini Bedanya Cacar Air dan Flu Singapura, Padahal Sama-sama Sebabkan Stretch Mark” (dpy/naf)