Jakarta –
Ashraf Sinclair, mantan suami penyanyi Bunga Citra Lestari (BCL), meninggal dunia pada 18 Februari 2020 akibat serangan jantung. Momen menyedihkan tersebut rupanya menginspirasi tiga mahasiswa UB untuk menciptakan inovasi yang mendapat penghargaan Samsung Solve for Tomorrow 2024.
Ketiga siswi tersebut adalah Safina Amelia Khansa, Nisrina Nur Syarafina, dan Nurul Khorin Ilmi. Mereka adalah bagian dari tim Solyd Ias yang menciptakan alat pendeteksi tingkat D-Dimer portabel untuk membantu orang yang menderita penyakit kardiovaskular yang berisiko mengalami kematian jantung mendadak.
“Kami terinspirasi dari Ashraf yang meninggal mendadak saat aktif berolahraga. Yang kami tahu, beliau meninggal karena serangan jantung mendadak (SCD), sehingga meninggal dalam tidurnya. Selain itu, kematian jantung mendadak juga bisa dideteksi melalui kadar D-dimer,” jelas Safina.
Namun, deteksi kadar D-dimer harus dilakukan di rumah sakit. Tantangannya, proses pendeteksiannya memakan waktu lama dan sampelnya menggunakan darah.
Berangkat dari permasalahan tersebut, tim Solyd Ias mencoba menciptakan solusi yang lebih sederhana dan praktis. Mereka mencoba mendeteksinya menggunakan air liur dan urin.
“Jadi bisa dilakukan siapa saja, kapan saja dan dimana saja, tanpa bantuan tenaga medis,” kata Safina.
Proses pengembangan alat deteksi kadar D-dimer portabel ini telah dilakukan sejak tahun 2020. Banyak tantangan yang dihadapi selama pengembangannya, termasuk pandemi COVID-19.
“Kami mengalami masalah dalam mengumpulkan data air liur dan urin dari pasien kardiovaskular di rumah sakit,” kata Safina.
Solyd Ias mengaku mengumpulkan 11.000 sampel. Mereka mengklaim keakuratannya adalah 94,7%.
Saat ini Safina, Nisrina dan Nurul sedang menyiapkan aplikasi bernama D-Apps. Aplikasi ini digunakan untuk memudahkan pendeteksian.
“Inovasi kami sehingga praktis, murah, mudah dan fleksibel bagi semua orang. Setelah pengguna mendapatkan hasil dari kit tersebut, mereka diminta untuk memotret hasil tes tersebut menggunakan aplikasi D-Apps untuk menganalisis kadar D-dimer pengguna hingga membuahkan hasil”, jelas Nurul.
Setelah memenangkan Samsung Solve for Tomorrow 2024. Solyd Ias belum puas. Mereka ingin memproduksi secara massal D-Dimer Level Detector Kit portabel yang inovatif agar dapat dijangkau oleh banyak orang.
“Misi kami, mereka yang jauh dari fasilitas kesehatan bisa menjalani pemeriksaan D-dimer sejak dini untuk mencegah penyakit kardiovaskular. Nanti bisa dibeli di apotek dalam bentuk test pack, tapi ini butuh waktu (untuk tercapai) karena Hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut mengingat dapat diterapkan pada masyarakat luas,” pungkas Safina.
Banu Pribadi, Direktur MX B2B Innovation Lab Samsung R&D Institute Indonesia ditemui di kesempatan yang sama, mengatakan ribuan pelajar dan mahasiswa mengikuti Samsung Solve for Tomorrow 2024. Banyak inovasi yang luar biasa karena dikembangkan sendiri-sendiri. model. dengan teknologi kecerdasan buatan (AI).
“Tahun ini pesertanya melebihi ekspektasi kami,” kata Banu.
Terpilihnya Solyd Ias sebagai pemenang kategori akademik karena berupaya menciptakan solusi atas permasalahan yang ada di masyarakat. Ini sesuai dengan misi Samsung.
“Mereka melihat masalahnya lalu menggabungkan teknologinya dan juga mengembangkan kit dan software. Inovasi mereka selangkah lebih maju dari yang lain, mereka juga memantau hingga 11.000 titik data, mungkin n “Bukankah mereka dilatih oleh model AI lain,” kata Banu.
Tonton video “Langkah kecil menuju kesehatan jantung yang lebih baik” (afr/afr)