Jakarta –
CEO AirAsia Tony Fernandes sepakat bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Pertemuan tersebut membahas mahalnya harga tiket pesawat di Indonesia.
“Banyak yang menyalahkan maskapai atas harga tiketnya. Kenyataannya kita harus bayar bahan bakar, kita harus berurusan dengan nilai tukar dan itu di luar kendali kita dan itu yang ingin kita diskusikan dengan Pak Luhut. kata Tony kepada wartawan di Fairmont Jakarta, Kamis (9 Mei 2024).
Tony mengatakan ada beberapa faktor yang membuat harga tiket pesawat di Indonesia mahal. Faktor pertama adalah harga bahan bakar atau jetfuel di Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya.
“Harga BBM di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya, sekitar 28% lebih tinggi,” jelasnya.
Menurut Tony, Indonesia harus memiliki pesaing pemasok avtur agar harga lebih kompetitif. Seperti diketahui, saat ini hanya PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang penjualan avtur di pasar dalam negeri.
“Ada dua atau tiga perusahaan di Malaysia. Sebagian besar negara punya pilihan. Kalau di Indonesia hanya ada satu, mereka bisa mematok tarif berapapun. (Oleh karena itu) persaingan itu perlu,” ujarnya.
Selain itu, alasan lain mahalnya harga tiket pesawat adalah banyaknya pajak yang dikenakan oleh maskapai penerbangan. Salah satunya adalah pajak impor suku cadang pesawat.
“Kami telah melakukan negosiasi dengan Kementerian Keuangan selama beberapa tahun untuk menghapus pajak impor suku cadang,” ujarnya.
Tony juga mencontohkan adanya pembatasan tiket pesawat ke Indonesia yang justru dinilai membuat harganya semakin mahal. Menurut dia, jika dibatalkan, tentu saja harga rata-rata sebuah tiket akan turun.
“Jadi itu hal utama yang akan saya fokuskan dalam diskusi saya dengan Pak Luhut,” kata Tony.
Tonton juga videonya: Oktober tahun depan, harga tiket pesawat direncanakan turun 10%.
(kilogram/kilogram)