Jakarta –
Read More : DeepSeek Pakai Ribuan Chip Nvidia untuk Saingi OpenAI
Sebuah video yang baru dirilis menunjukkan pasukan operasi khusus elit Tiongkok menggunakan drone biomimetik yang menyamar sebagai burung kecil dalam kompetisi menembak di negara tersebut.
Rekaman drone mirip burung itu disiarkan langsung oleh media yang berafiliasi dengan militer Tiongkok pada hari Kamis, hari dimana negara tersebut setiap tahun memperingati berdirinya angkatan bersenjatanya: Tentara Pembebasan Rakyat, atau PLA.
Seperti diberitakan detikINET Newsweek pada Rabu (8/7/2024), Akademi Infanteri Angkatan Darat Tiongkok mengadakan acara penembakan yang didedikasikan untuk pasukan operasi khusus dan polisi bersenjata negara tersebut, di mana mereka tampil untuk pertunjukan khusus. Tembak dan tembak berbagai senjata
Salah satu kontestannya adalah Komando Jialong Angkatan Laut Tiongkok. Menurut laporan media pemerintah Tiongkok pada tahun 2019, unit tersebut, mirip dengan Navy SEAL AS, diklaim memiliki kemampuan udara, darat, laut, dan kapal selam.
Jialong, yang berarti naga laut dalam bahasa Inggris, terlibat dalam evakuasi warga negara Tiongkok dan asing dari Yaman pada tahun 2015 selama perang saudara di sana.
Unit yang berbasis di kota Sanya di Pulau Hainan di Laut Cina Selatan ini menjadi terkenal melalui film aksi perang Tiongkok tahun 2018, Operation Red Sea.
Selama baku tembak, rekaman menunjukkan seorang perwira Tiongkok yang ditugaskan di Komando Jialong melepaskan drone mirip burung dari tangannya setelah katak tersebut muncul dari air. Menyerupai pohon Eurasia, drone mengepakkan sayapnya saat melayang di langit.
Menurut pengamat militer China, drone tersebut tergolong ornithopter biomimetik kecil yang terbang dengan mengepakkan sayapnya seperti burung dan serangga. Karena tampilannya yang realistis, drone jenis ini berpotensi untuk digunakan di bidang militer
Dibandingkan dengan drone biasa, ornithopter memiliki daya tahan, muatan, dan jangkauan yang buruk, namun dapat dengan mudah disembunyikan karena ukurannya yang sangat kecil. Hal ini menjadikannya alat yang ideal bagi pasukan operasi khusus untuk melakukan penyelidikan rahasia
Tiongkok mengembangkan teknologi ornithopter Pada bulan Maret, para peneliti di Northwest Polytechnic University mendemonstrasikan sebuah ornithopter yang disebut “Little Falcon” dalam penerbangan dalam sebuah eksperimen yang dikatakan memiliki penerapan luas.
Surat kabar Global Times milik pemerintah Tiongkok mengatakan jenis pesawat ini cocok untuk misi pengintaian khusus, pengawasan dan bahkan serangan presisi. Pesawat-pesawat ini juga akan meningkatkan kompleksitas upaya musuh untuk mengidentifikasi mereka secara efektif di medan perang
Sementara itu, drone mirip burung yang digunakan oleh pasukan komando Jialong telah menarik perhatian di Ukraina, tempat pasukan Rusia dan Ukraina melancarkan perang drone.
Surat kabar Ukraina Kyiv Post mengatakan drone mikro, yang terlihat seperti burung, akan sulit diidentifikasi dan diklasifikasikan sebagai ancaman. Drone serupa yang dilengkapi dengan kamera video inframerah dan jaringan radio telah terbukti efektif untuk kemampuan pengawasan dan pengintaian tempur.
Perkembangan drone mirip burung dapat ditelusuri kembali ke Perang Dingin, ketika Amerika Serikat dan Uni Soviet mencoba memata-matai satu sama lain dengan platform pengumpulan intelijen melalui udara. Badan Intelijen Pusat (CIA) mendirikan Aquiline pada tahun 1960an.
Menurut CIA, Aquiline adalah orang pertama yang menguji konsep pesawat tak berawak. Hal ini didasarkan pada studi tentang karakteristik penerbangan burung dan dibayangkan sebagai kendaraan jarak jauh yang dapat dengan aman dan diam-diam memberikan jendela ke lingkungan operasi yang tidak bersahabat.
Badan tersebut mengatakan Aquiline mungkin memiliki kemampuan seperti fotografi dan operasi agen di lokasi. Tentu saja drone seperti burung ini tidak pernah beroperasi. Saksikan video “Pertunjukan Drone Luar Biasa di Langit Paris” (jsn/fay)