Batavia –
Banyak generasi muda di Jepang yang mulai melakukan pernikahan yang tidak melibatkan cinta atau seks. Tren baru yang kini populer disebut ‘perkawinan persahabatan’.
Pernikahan persahabatan diartikan sebagai keyakinan bersama sesuai dengan minat dan nilai-nilai yang diyakini keduanya. Dalam hubungan seperti itu, dia adalah pasangan yang sah, tetapi tanpa cinta atau hubungan seksual.
Pasangan yang menjalaninya bisa hidup bersama atau terpisah. Jika mereka ingin mempunyai anak, mereka dapat memutuskan untuk menggunakan inseminasi buatan.
Padahal, keduanya bebas menjalin hubungan romantis dengan orang lain di luar nikah, asalkan ada persetujuan bersama. Banyak orang menggambarkan hubungan ini sebagai mencari ‘teman sekamar atau roommate’.
“Perkawinan persahabatan ibarat teman sekamar yang memiliki wajah yang sama,” kata seseorang yang telah menjalin hubungan pernikahan persahabatan selama tiga tahun.
Orang yang menjalin persahabatan dengan pernikahan lain dengan identitas rahasia, merasa bahwa hubungan ini sangat bermanfaat. Dia merasa lebih pantas menjadi teman baik.
“Saya tidak memenuhi syarat untuk menjadi pacar seseorang, tapi saya bisa menjadi teman,” ujarnya, seperti dikutip situs South China Post.
“Saya berharap saya memiliki seseorang dengan minat yang sama, melakukan sesuatu, bersenang-senang, mengobrol dan tertawa,” lanjutnya sebelum menyetujui untuk menjalin pernikahan persahabatan.
Sebelum menikah, pasangan biasanya menghabiskan waktu berjam-jam atau berhari-hari untuk hal-hal kecil dalam hidup. Misalnya saja makan bersama, bagaimana membagi pengeluaran, siapa yang mencuci pakaian, bahkan berbagi tempat menyimpan makanan di lemari. .
Menurut pantauan Color, agensi yang mengaku pertama dan satu-satunya di Jepang yang dianggap khusus dalam pernikahan persahabatan ini sangat bermanfaat.
Mungkin diskusi seperti itu tidak terlihat romantis seperti pasangan pada umumnya. Namun, dikatakan sekitar 80 persen pasangan berhasil hidup bahagia bersama dan akhirnya memilih untuk memiliki anak. Tonton video “Para Ahli Mengatakan Lonjakan Infeksi Bakteri Strep di Jepang Tidak Akan Memicu Pandemi” (SAO/NAF)