Bandung –
Rumah Milea merupakan salah satu tempat wisata di Bandung. Setelah menjadi lokasi syuting film Dylan 1990 pada tahun 2018, rumahnya selalu ramai!
Bagaikan tersambar petir di siang bolong, kabar mengejutkan datang dari “rumah Myla”. Tiba-tiba muncul spanduk bertuliskan: “Jangan berfoto di depan rumah ini.”
Pemilik ‘Myla House’ telah menyadari banyak hal sejak rumahnya menjadi terkenal. Berikut 5 alasan mengapa Myla House tidak memiliki spanduk foto:
1. Masyarakat khawatir.
Tin dan Penny, kakak beradik pemilik rumah peninggalan tersebut, mengatakan rumah tersebut tidak bisa lagi digunakan untuk pemotretan karena keinginan warga sekitar.
“Ya, awalnya saya akan pindah jika ada yang mengambil terlalu banyak foto. Tapi seiring berjalannya waktu, penduduk setempat menjadi gugup, sehingga semakin banyak orang yang datang. Mereka memblokir jalan, banyak mobil, waktu berlalu.” Dulu banyak yang berjualan di sini, padahal tidak diizinkan masuk,” kata Tin.
2. Para tamu suka berteriak.
Bahkan, tak hanya warga sekitar, pemilik rumah juga berminat. Tamu yang datang untuk “membuat tenda” di depan rumah Melia kerap parkir sembarangan dan menghalangi masuk ke rumah warga lainnya. Beberapa orang tidak berhenti dan membuat keributan.
Sebenarnya itu tidak baik untuk saudara domba Tin dan Penny, atau penduduk asli. Semakin ramai, pedagang kaki lima (PKL) perlahan mulai berdatangan memanfaatkan situasi. Terakhir, warga tidak hanya memiliki lahan parkir di depan rumahnya dan tempat istirahat, namun juga memiliki sisa makanan dan minuman.
“Iya, sebenarnya aku tidak khawatir. Tapi banyak anak muda yang berkata, ‘Millie! Milly!!” Aku suka nyanyi di sana dan kalau sarapan banyak yang bikin berantakan, mereka pun terpencar-pencar,” kata Tin.
3. Pagar rumah peninggalan sering rusak.
Sebagai pemilik rumah, Tin dan Penny sebenarnya tidak mempermasalahkan banyaknya masyarakat yang menginginkan rumah warisan orang tuanya. Namun tampaknya kunjungan demi kunjungan justru merugikan bangunan cagar budaya Kelas B tersebut.
“Meskipun pengunjung di sini kemungkinan besar adalah orang-orang terpelajar, anak muda, banyak pengunjung yang datang dari luar pulau dan berhenti untuk mengambil foto. Tapi sayangnya ini tidak hanya mengganggu, tapi juga di pagar. Dia juga suka memanjat. Duduk, jadi. “Pagarnya roboh, melar dan tidak bisa dibuka. Saya beberapa kali harus mengoreksi diri,” kata Tin kepada Irjen Jabbar.
“Iya, saya tidak bisa marah atau melarang, nanti takutnya saya ketahuan atau ada yang tidak terima. Saya sangat menginginkan perdamaian, jadi kami di sini dan banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” lanjut Tin.
4. Barang rusak
Tin pun mengaku, rumah yang ditinggalkan orang tuanya selalu menarik banyak perhatian. Rumahnya menjadi incaran tidak hanya warga yang lewat, tapi juga para pembuat film.
Namun, tragedi terjadi ketika dia diizinkan mengambil pinjaman rumah. Banyak interior yang kerap menjadi “korban” setelah digunakan untuk syuting. Taman belakangnya terawat dengan baik, namun sayangnya tidak seindah dulu sebelum Tin meminta kepala sekolah untuk meminjamkan rumahnya.
“Anggrek di halaman belakang banyak sekali, indah sekali, saya rawat, sekarang sudah habis semua, rusak karena sering berpindah-pindah, dan lain-lain, rusak semua, dan saya mau. Marahlah, katanya sambil menunjukkan di mana mereka berada. Anggrek pertama.
Bahkan kini banyak permintaan untuk syuting di rumahnya. Namun Tin dan adiknya, Penny, tak mau lagi bertemu, berkerumun, hingga meninggalkan renovasi rumahnya di lokasi syuting.
“Rumah ini dulu sering dipakai untuk syuting, selama ini banyak yang menawari kami, saya kira sudah tidak perlu lagi, daripada diganggu, saya sudah capek, intinya kalau dipakai untuk syuting, kami punya. itu juga.” Untuk membereskan, belum lagi permasalahannya, “Saya kehilangan banyak anak kecil,” kata Tin.
5. Kedua pemilik rumah menginginkan kedamaian.
Atas permintaan penduduk setempat dan dengan persetujuan Tin & Penny, gambar tersebut dilarang untuk mencegah mereka menderita akibat tidak menyenangkan lebih lanjut.
Lagi pula, Tinie dan Penny sudah tidak muda lagi. Mereka hanya ingin menikmati ketenangan baik saat beraktivitas maupun saat istirahat.
“Iya, semoga saja tidak ada lagi yang datang ke sini, jangan ada foto lagi, karena ada larangan dan masih banyak orang yang berkeliaran di depan. Karena meresahkan tetangga, saya jadi tidak nyaman. Tidak ada. Tidak ada. satu, rumah ini biasa-biasa saja,” kata Tin sambil tersenyum.
****
Baca cerita lengkapnya di sini.
Saksikan video “Suasana Kantor ULP Bandung Digeledah Jaksa” (bnl/bnl)