Badung –
Museum Pasifika berpartisipasi dalam peluncuran World Water Forum (WWF) 2024. Bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam penyelenggaraan TELU.
Kegiatan ini menampilkan berbagai kearifan lokal Bali, subak dan pasar rempah-rempah. Museum Pasifika menggelar pagelaran budaya bertajuk TELU yang mengusung filosofi kuat.
TELU yang dalam bahasa Bali berarti “tiga” menggambarkan filosofi Tri Hita Karana. Ini menekankan pentingnya keseimbangan antara manusia, Tuhan dan alam. TELU tentang tiga hal yaitu pasar rempah-rempah, seni budaya Bali dan kearifan lokal Subak. “TELU melambangkan Tri Hita Karana, keseimbangan antara manusia, Tuhan dan alam. Acara TELU ini menghadirkan tiga hal yaitu pasar rempah, seni budaya Bali dan kearifan lokal Subak. Dipadukan dengan aktivitas seru lainnya,” jelas Sales Marketing Manager Museum Mariam Pasifika. Acara TELU berlangsung di Museum Pasifika dan dibagi menjadi tiga area: Yang pertama adalah kawasan pasar yang ditata seperti pasar rempah-rempah pada zaman dahulu. Kawasan ini menyajikan berbagai bumbu dan produk olahan khas Bali yang dapat dicoba secara gratis oleh pengunjung.
“Di pasar rempah ini Anda bisa menemukan berbagai jenis rempah yang sering dikonsumsi di Bali. Misalnya jamu, lulur, oatmeal, sate lilit, dll. Disini kami juga menyajikan kerajinan tradisional Bali. Pengunjung bisa mencobanya secara gratis,” kata Mariam.
Di dekat pasar rempah, pengunjung akan menemukan sebuah lukisan yang tampaknya belum selesai. Mariam mengatakan, siapa pun pengunjung bisa melanjutkan proses pengecatan. Menarik dan unik! Menuju ke arah taman, sebagian rerumputan disulap menjadi kolam mini sekaligus area pertunjukan beberapa kesenian Bali. Pengunjung juga bisa merasakan sensasi berjalan di sungai mini. Setiap hari pukul 09:00-11:00 dan 15:00-17:00 WITA pengunjung dapat menyaksikan tari Baris Gede, tari Kechak, dan tari interaktif. “Ada kolam setinggi 10 cm di taman ini. Tamu yang ingin turun ke taman bisa melepas sepatu dan berjalan mengelilingi kolam. Kamu harus benar-benar berusaha,” kata Mariam.
Setelah keluar dari taman, pengunjung bisa langsung menuju ruang tengah. Ruangan ini biasa disebut Ruang VI dan menampilkan beberapa lukisan khas Bali. Dalam acara tersebut, TELU disulap menjadi lanskap indoor Subak. Pengunjung dapat merasakan persawahan dalam ruangan yang autentik di tengah persawahan. “Pada acara TELU kali ini, Ruang 6 disulap menjadi indoor lanskap Subak. Pengunjung bisa merasakan sensasi mengunjungi Subak, namun asyik karena ber-AC dan menggunakan tanaman asli sehingga bisa merasakan persawahan dalam ruangan. Ada juga laporan berbeda tentang Subak,” kata Mariam. Terkait erat dengan konsep seni lukis, pada acara TELU kali ini Museum Pasifika memamerkan beberapa lukisan bertema Subaki dan Perairan. Salah satunya adalah karya seniman terkenal Walter Space. Acara TELU akan berlangsung selama lima hari mulai tanggal 21 hingga 25 Mei 2024. Mariam mengatakan, acara tersebut terbuka untuk umum dan gratis.
Setelah lelah berjalan, pengunjung dapat menjelajahi halaman museum. Pengunjung bisa datang pukul 09.00-17.00 SELAMAT DATANG. Antara 400 dan 500 orang telah mengunjungi acara TELU sejak hari pertama pembukaannya. “Acara ini terbuka untuk umum dan pengunjung tidak dipungut biaya. Setiap pengunjung datang akan diminta mendaftar dan diberikan hadiah,” ujarnya.
Saksikan video “Melihat persiapan World Water Forum di Bali” (msl/msl)