Jakarta –
Informasi yang salah tentang bahan kimia dalam plastik dapat menimbulkan kekhawatiran yang tidak semestinya. Misalnya saja saat memilih botol bayi, banyak orang tua yang rela merogoh kocek untuk membeli produk yang diklaim “bebas BPA”.
Haruskah begitu? Apa perbedaan antara “Bebas BPA” dan “food grade”?
Berbagai pertanyaan ini mewakili kebingungan yang dihadapi masyarakat ketika memilih produk polimer sebagai wadah kemasan makanan dan minuman. “Analisis Disinformasi Dampak BPA Terhadap Kesehatan” pada Rabu (17/7/2024) di e+e Coffee Kitchen Semanggi. Buku tersebut disunting oleh Profesor Ahmad Zainal Abidin, pakar polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB). berbagai ajaran sesat.
Berikut rangkuman tanya jawab pada konferensi pers tersebut.
1. Botol minum “mahal” lebih aman.
Bagi para orang tua, memilih botol air minum yang aman untuk anak sudah menjadi prioritas utama. Banyak orang yang rela mengeluarkan uang lebih untuk mendapatkan produk berkualitas yang tidak membahayakan kesehatannya.
Namun apakah harga yang mahal berbanding lurus dengan keamanan? Profesor Ahmad mengatakan, kualitas produk botol minuman dikontrol oleh pemerintah dengan menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Demikian pula keamanan makanan dan minuman kemasan tertentu juga diawasi oleh Kementerian Kesehatan RI dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Terdapat mekanisme untuk memberikan sanksi jika seseorang melanggar hukum.
“Kalau lolos standar industri, semuanya aman. Begitu pula kalau lolos BPOM, semuanya aman. Itu teorinya,” kata Profesor Ahmad.
Keamanan produk tidak ditentukan oleh harga, tetapi oleh empat faktor: Apakah itu mengandung bahan kimia berbahaya? Waktu kontak di dalam tubuh Di dalam tubuh 2. Apa perbedaan antara label “BPA Free” dan “Food Grade”?
Menurut Profesor Ahmad, label ‘food grade’ menunjukkan bahwa produk tersebut aman digunakan sebagai makanan atau minuman. Pada saat yang sama, label “Bebas BPA” hanya menunjukkan bahwa produk tersebut tidak terbuat dari atau mengandung BPA atau bisphenol A, bahan yang digunakan dalam produksi plastik polikarbonat dan resin epoksi untuk kemasan makanan dan minuman.
Penting untuk diingat bahwa produk dengan label “Bebas BPA” saja tidak menjamin bahwa produk tersebut tidak mengandung bahan kimia selain BPA. Menurut Profesor Ahmad, berbagai jenis polimer dan plastik memiliki sifat dan komposisi kimia yang berbeda pula. “Bebas BPA” berarti produk tersebut bebas dari senyawa BPA yang biasa ditemukan pada plastik polikarbonat (PC).
“Polyethylene terephthalate (PET) diberi label ‘BPA-free’, tapi bahan berbahayanya adalah ethylene glikol (EG), jadi tidak ada gunanya,” kata Profesor Ahmad.
Profesor Ahmad mencontohkan plastik mengandung formaldehida yang dapat menyebabkan kebutaan dan kerusakan otak jika digunakan secara tidak benar. Oleh karena itu, yang lebih penting dari pelabelan tersebut adalah memastikan bahwa kadar senyawa tersebut berada dalam batas aman sesuai standar dan peraturan terkait, kata Profesor Ahmad.
“Tanda-tanda (bebas BPA) ini tidak mendidik. Padahal, banyak zat berbahaya yang dilarang oleh BPOM. Label BPOM harusnya cukup untuk memastikan semuanya aman. Tidak perlu ditulis satu per satu,” Profesor Ahmad menekankan. .
Berikutnya: Plastik apa yang aman untuk kemasan makanan? Tonton video “Mitos atau Fakta: Makan nanas terlalu banyak bisa menyebabkan keguguran” (atas/atas)