Jakarta –
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan proyek baru untuk mempercepat pengembangan vaksin flu burung bagi masyarakat di negara-negara miskin dengan menggunakan teknologi messenger RNA yang canggih.
WHO mengatakan produsen asal Argentina Sinergium Biotech akan memimpin upaya ini dan mulai mengembangkan kandidat vaksin H5N1.
“Inisiatif ini menggambarkan mengapa WHO membentuk Program Transfer Teknologi mRNA untuk mendorong lebih banyak penelitian, pengembangan, dan produksi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, sehingga ketika pandemi berikutnya terjadi, dunia akan lebih siap untuk membangun sistem yang lebih efisien dan adil. sistem,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, seperti dikutip dari situs resmi WHO, Selasa (30/07/2024).
Flu burung H5N1 pertama kali muncul pada tahun 1996, namun sejak tahun 2020 terjadi peningkatan eksponensial dalam wabah burung karena virus ini semakin menular ke mamalia, termasuk hewan ternak di peternakan Amerika dan beberapa manusia.
Virus flu burung menimbulkan risiko yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat karena penyebarannya yang luas pada hewan dan potensinya menyebabkan pandemi di masa depan.
Pengembangan vaksin ini melengkapi upaya yang sedang berlangsung dalam kesiapsiagaan pandemi influenza untuk meningkatkan dan meningkatkan distribusi virus influenza yang berpotensi menjadi pandemi. Tujuannya juga untuk meningkatkan akses terhadap vaksin di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah.
Program ini, yang mencakup 15 mitra manufaktur di negara-negara mulai dari Afrika Selatan hingga Ukraina dan Vietnam, bertujuan untuk mendukung penelitian, pengembangan, dan manufaktur yang lebih besar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
“Dengan begitu, ketika pandemi berikutnya terjadi, dunia akan lebih siap untuk melakukan respons yang lebih efektif dan adil,” kata Tedros.
Virus flu burung merupakan salah satu virus yang diperkirakan akan menyebabkan pandemi di masa depan. Tonton video “Penjualan susu mentah di AS dibatasi karena sapi terinfeksi H5N1” (kna/suc)