Jakarta –
Proyek pembangunan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 milik Aguan resmi masuk dalam jajaran Rencana Strategis Nasional (PSN) 2024. Proyek ini dimulai pada suatu saat.
Proyek pembangunan PIK 2 diketahui berlokasi di sekitar Jalur Pantai Utara (Pantula) di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Proyek tersebut akan dibangun di atas lahan seluas 1.755 hektar dengan nilai investasi Rp 40 triliun.
Pantauan detikcom di lapangan, Senin (13 Mei 2024), proyek tersebut diluncurkan di beberapa lokasi di kabupaten tersebut, antara lain di Desa Mungkun dan Kronjo. Desa Kronjo dan Kecamatan Banyu Asi. Artinya menggali.
Ikhwan, warga Desa Patra Mangala, mengatakan, di wilayah yang sudah dibebaskan lahannya, proyek pembangunan sudah dimulai. Namun menurutnya pelepasan ini dilakukan dengan harga terendah.
Ia mengatakan, sebelum dijadikan kawasan proyek pengembangan, nilai tanah berdasarkan Jual Beli Kena Pajak (NJOP) masih lebih dari Rp 100.000. Jumlah ini berbeda-beda tergantung lokasi lahan.
Namun setelah menjadi kawasan PSN PIK 2, rata-rata harga jual tanah dengan NJOP hanya Rp 48.000 per meter persegi. Bahkan dia sendiri tidak mengetahui kenapa harga jual tanah di kawasan itu turun, padahal sudah menjadi proyek strategis nasional.
“Sebelum Agung Sedayu digusur, NJOPnya Rp 128.000 (per meter persegi). Kalau di sini (Desa Patra Mangala) disebut Blok IV, NJOPnya Rp 103.000. Sekarang tidak ada blok, tapi sama saja. Rata-rata NJOP)) Total Rp 48.000,” kata Ikwan saat ditemui detikcom.
Alhasil, kini tak banyak warga yang mau menyerahkan tanahnya. Meski pengembang sebenarnya sudah menaikkan harga jual tanah di kawasan tersebut.
Makanya banyak warga yang tidak menjual (membeli) tanahnya karena terlalu murah. Kemarin harganya dinaikkan menjadi 70.000 riel (per meter persegi), tapi saya masih belum berani. Dia menjelaskan lagi.
Sementara itu, warga kawasan proyek PIK 2 lainnya, Amar, asal Desa Padangan Udik, Provinsi Klongha, juga mengatakan harga tanah di kawasan itu sudah turun signifikan. Namun, menurutnya, lahan di desanya sudah dibuka.
Bahkan, dia sendiri tidak mengetahui berapa nilai NJOP lahan pertanian yang diterimanya. Namun berdasarkan informasi yang didengarnya, harga beras di kawasan tersebut turun drastis karena berdekatan dengan lokasi proyek pengerukan (Desa Maung Kun dan Desa Kracho).
“Lahan pertanian di Blok I, II, III, dan IV sudah dibuka, tapi belum direklamasi,” ujarnya. Belum, karena dulu harganya sangat mahal, tapi sekarang di lokasi itu menurut mereka harganya sangat murah. Letaknya bersebelahan dengan kota reklamasi (Mungkun dan Kronjo), kata Amar.
“Di sini lahan pertaniannya sudah dibeli semua, jadi harus menunggu sampai habis,” jelasnya Full.
Detikcom mencoba mengonfirmasi hal tersebut melalui PIK2. Namun hingga informasi ini keluar, PIK2 belum memberikan jawaban. (fdl/fdl)