Tokyo –

Jepang kebanjiran turis asing seiring melemahnya yen. Bukannya senang, warga (tentara) setempat malah mulai mengejek turis asing karena tidak mencoba berbicara bahasa Jepang.

Dalam laporan dari Jepang yang tidak terlihat pada Senin (27/5/2024), pejabat Jepang mengatakan sulit bagi mereka untuk berkomunikasi dengan pengunjung yang tidak bisa berbicara bahasa ibu mereka. Para penumpang bahkan bersikeras untuk berbicara dalam bahasa ibu mereka, meskipun staf Jepang tidak memahaminya.

Kurangnya kemampuan berbahasa Inggris di Jepang telah menjadi permasalahan besar dalam dunia pariwisata. Selanjutnya jumlah pengunjung terus meningkat hingga 3 juta per bulan sejak Maret 2024.

Akibatnya, hotel dan toko ritel bekerja keras untuk menciptakan sistem yang membantu karyawannya terhubung dengan pelanggan yang berbeda. Pakar industri jasa merekomendasikan agar toko menggunakan menu dan terjemahan yang ditampilkan dalam bahasa Inggris, Korea, dan Mandarin. Ketiga negara inilah yang menjadi penyumbang pariwisata Jepang terbesar.

Sayangnya, tidak semua orang mau melayani wisatawan asing. Seorang pemilik izakaya di Tokyo baru-baru ini membuat heboh ketika dia mengeluh di media sosial bahwa penumpangnya hanya berbicara bahasa Inggris, bukan bahasa Jepang.

Dia bukan satu-satunya pemilik izakaya yang tidak mau melayani wisatawan. Dalam survei terbaru, 70% hotel yang disurvei mengatakan mereka tidak berencana melayani wisatawan yang datang. Pasalnya, orang yang tidak bisa berbahasa Jepang adalah tamu yang sulit. Sementara itu, 29% mengatakan wisatawan adalah tuan rumah yang kejam.

Seorang wanita Jepang berinisial A bekerja di sebuah restoran. Dia mengatakan kendala bahasa membuatnya tampak tidak berguna.

“Sering kali saya tidak bisa melayani mereka. Mereka melambaikan tangan dan menganggap saya tidak berharga,” katanya.

Dia jelas marah dan malu. Dia telah belajar bahasa Inggris sejak sekolah dasar tetapi kosakatanya membuatnya seolah-olah dia tidak mengerti.

“Saya ingin berteriak: ‘Ini Jepang, gunakan kata-kata Jepang dan perilaku Jepang’,” ujarnya lantang.

Mereka mengingatkan wisatawan untuk memperkenalkan kata-kata Jepang dalam percakapan, misalnya Konnichi wa (halo) atau arigatou (terima kasih).

“Kegembiraan sesungguhnya dari komunikasi lintas budaya adalah rasa frustrasi karena kesalahpahaman dan kegembiraan karena perubahan makna,” kata pemilik restoran C.

Dalam usahanya, ia punya beberapa tips yang bisa diikuti wisatawan. Berdasarkan pengalamannya, ia mencoba meminta pelanggan berbahasa Inggris untuk berbicara perlahan.

“Gunakan kata-kata yang sederhana agar kita bisa saling memahami,” ujarnya.

Saksikan video “Informasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Alam tentang WNI yang dituduh merusak sakura di Jepang” (bnl/fem)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *