Jakarta –
Simak Lee Cannon, seorang pengusaha salon di Arlington, Amerika Serikat (AS), berbagi kisahnya bagaimana ia menjadi sukses dan berpenghasilan setara $1 juta atau Rp 15,7 miliar setahun.
Lee mengaitkan semua kesuksesannya dengan nasihat seniman tato. bagaimana bisa
Melansir CNBC Make It, Sabtu (2/11/2024), Lee mengaku putus kuliah pada 2007 karena hamil. Entah bagaimana dia pergi ke salon tato dan berbicara dengan seorang seniman tato.
Inspirasi bisnis ini datang dari perbincangan dengan seorang seniman tato. Lee mulai menyadari bahwa dirinya mempunyai bakat di bidang kecantikan.
“Setelah melihat rambut keritingku, sang seniman tato pernah menanyakan di mana salonku. Saat itu, aku menjawab, ‘Itu hanya hobi, aku menata rambut untuk bersenang-senang,'” kata Lee, seperti dikutip CNBC Make It.
Seniman tato tersebut percaya bahwa Lee harus mampu menjadi seorang profesional di industri kecantikan. Seniman tato itu kagum dengan betapa indahnya gaya rambut Lee.
“Saya tidak akan pernah melupakan dia berkata, ‘Baiklah, sebaiknya Anda memikirkan kembali apa yang Anda lakukan untuk mencari nafkah.’ Kamu jelas punya bakat,” kata Lee menirukan seniman tato itu.
Kemudian pada tahun 2009, Lee mencoba mendaftar di program sekolah tata rias. Dengan biaya sekitar Rp346 juta, Lee menyelesaikan program tersebut dalam waktu 18 bulan. Setelah itu ia mendapat izin khusus untuk bekerja di bidang itu.
Awalnya, Lee bekerja paruh waktu di salon rambut dan menerima klien di rumahnya. Lee memperoleh penghasilan Rp 471 juta per tahun di tahun pertamanya sebagai penata rambut.
Dia kemudian pindah ke Arlington City dan mulai membuka salonnya sendiri pada tahun 2017 yang disebut “Flourish Curls Salon”. Lee menggunakan media sosial seperti Facebook, YouTube dan Instagram sebagai alat promosi.
Layanan Lee Salon meliputi potong rambut, pengeritingan, pembersihan kulit kepala, dan penataan rambut, berkisar antara Rp 2,3-5,8 juta. Pada tahun 2023, Lee dapat memperoleh pendapatan tahunan sebesar US$1.
“Saya mampu membangun karier enam digit dengan bekerja tiga hari seminggu. Di usia 20-an, saya berpikir jika saya harus bekerja 50 jam lebih banyak dalam seminggu, saya akan sukses,” katanya.
Saksikan videonya: Menyaksikan kemeriahan Bali Tattoo Festival
(fdl/fdl)