Jakarta –
Virus Marburg (MVD) menyebar di banyak negara Afrika. Wisatawan yang ingin berlibur ke beberapa negara di Afrika sebaiknya berhati-hati.
Mengumumkan Daily Star, Jumat (10/4/2024), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut risiko penyebaran penyakit mematikan dan parah ini tinggi. Angka ini mengikuti 26 kasus dan delapan kematian di negara Rwanda di Afrika tengah.
Otoritas kesehatan sedang mencari 300 orang yang pernah melakukan kontak dengan pasien MVD.
Kementerian Kesehatan Rwanda telah mengonfirmasi adanya wabah di negara tersebut setelah kasus ditemukan di tujuh dari 30 distrik. Lebih dari 70 persen kasus yang terkonfirmasi adalah petugas kesehatan dari dua pusat kesehatan di Kigali.
Pasien MVD juga dirawat di rumah sakit. Namun, tidak ada obat atau vaksin yang tersedia untuk MVD.
“Itulah mengapa penting bagi orang yang menunjukkan gejala mirip Marburg untuk mencari pertolongan sejak dini untuk mendapatkan perawatan suportif yang dapat meningkatkan kehidupan pasien.” WHO mengakui dampak dari “Penyakit ini sangat tinggi di tingkat nasional, tinggi di tingkat regional, dan rendah di tingkat global,” kata juru bicara WHO.
MVD adalah virus yang mematikan dan dapat menyebabkan demam berdarah seperti Ebola. Kini penyebab penyakit itu terus berlanjut.
Virus Marburg dan Ebola adalah anggota keluarga Filoviridae (filovirus). Manusia pertama kali tertular virus Marburg ketika bersentuhan dengan kelelawar Rousettus, spesies kelelawar buah yang dapat membawa virus Marburg dan sering ditemukan di tambang atau gua.
MVD kini diyakini menular antarmanusia melalui kontak langsung melalui kulit atau selaput lendir yang terkontaminasi darah, sekret, feses, dan cairan tubuh penderita. Selain itu, tempat tidur dan pakaian dapat menjadi sumber kontaminasi.
Selain itu, kegiatan pemakaman yang melibatkan kontak langsung dengan jenazah korban juga dapat mempengaruhi penularan MVD.
Seperti halnya Covid-19, ada masa inkubasinya. Namun masa inkubasinya bervariasi antara 2 hingga 21 hari. Saat ini gejalanya antara lain demam tinggi, sakit kepala, malaise, diare parah, sakit perut dan perut, mual dan muntah.
Dalam kasus yang fatal, kematian biasanya terjadi antara delapan dan sembilan hari setelah timbulnya gejala. Korban biasanya mengalami pendarahan hebat dan syok.
Beberapa kasus MVD sebelumnya telah dilaporkan di negara tetangga Rwanda, termasuk Republik Demokratik Kongo, Uganda, dan Republik Demokratik Tanzania. Wabah terbaru dilaporkan di Guinea Khatulistiwa dan Republik Demokratik Tanzania pada bulan Februari dan Juni 2023.
Negara lain yang sebelumnya pernah melaporkan penyakit MVD di benua Afrika antara lain Angola, Ghana, Guinea, Kenya, dan Afrika Selatan.
Selain itu, risiko penyebaran internasional juga tinggi karena kasus-kasus tersebut tercatat di kota utama Rwanda, yang memiliki bandara internasional.
Namun, berdasarkan penilaian risiko saat ini, WHO menyarankan agar perjalanan dan perdagangan dengan Rwanda tidak dilakukan.
Sementara itu, dua penumpang kereta api di Jerman diketahui terjangkit virus Marburg. Mereka kemudian dipisahkan dan polisi menutup stasiun Hamburg untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit. Tonton video “Pernyataan CDC Afrika tentang Mpox sebagai Darurat Kesehatan yang Mengancam” (wkn/fem)