Jakarta –
Read More : Bayi di Inggris Lahir dengan Kondisi Langka, Kulitnya Rapuh Tak Bisa Digendong
Sebuah program studi universitas di Tiongkok yang didedikasikan untuk segala hal tentang pernikahan akan dibuka untuk pendaftaran pada bulan September. Program ini bertujuan untuk mempromosikan pernikahan dan meningkatkan angka kelahiran di Tiongkok.
Salah satu universitas yang meluncurkan program ini adalah Civil Affairs University of China di Beijing, sebuah institusi yang dikelola langsung oleh Kementerian Urusan Sipil. Pihak universitas nantinya akan melatih mahasiswanya untuk memberikan keterampilan sepanjang siklus pernikahan.
Mengutip dari CNA, Program Pelatihan Pelayanan dan Manajemen Perkawinan gelombang pertama ini akan diikuti oleh 70 mahasiswa S1 dari 12 provinsi yang akan mengambil mata kuliah sosiologi, etika keluarga, dan manajemen.
Siswa juga akan menerima pelatihan praktis di berbagai bidang seperti perencanaan pernikahan, konseling keluarga dan layanan perjodohan, menurut situs berita Tiongkok Sixth Tone.
“Pelatihan akademis mencakup sekitar 45 persen dari kurikulum, dan pelatihan praktis mencakup sisanya,” kata Yu Xiaohui, dekan Fakultas Budaya Keluarga dan Seni Media di universitas tersebut.
Selain magang di kantor pencatatan nikah dan kantor perjodohan, mahasiswa juga berkesempatan mengikuti praktik pencatatan nikah dan upacara pernikahan di kampus.
“Kursus khusus ini juga akan fokus pada pengembangan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah kompleks terkait pernikahan,” lapor stasiun televisi negara CCTV.
Berdasarkan CCTV, siswa dapat bergiliran berperan sebagai pencatat perkawinan, atau bahkan pihak-pihak dalam perkawinan atau perceraian, untuk lebih memahami keseluruhan proses dan persyaratan hukum perkawinan dan perceraian.
Berbicara kepada stasiun televisi pemerintah pada Senin (29 Juli), wakil presiden universitas Zhao Hongguan mengatakan para lulusan dapat mengejar karir di asosiasi industri, lembaga perkawinan atau organisasi amal, antara lain.
Menurut Yu, saat ini terdapat kekurangan tenaga profesional berketerampilan tinggi di industri perjodohan dan pernikahan di Tiongkok. Ada juga peningkatan permintaan akan orang-orang yang dapat memberikan layanan perencanaan pernikahan yang canggih serta layanan desain dan pengembangan yang serasi.
Peluncuran program pelatihan terkait pernikahan ini terjadi pada saat negara berpenduduk 1,4 miliar jiwa ini terus melakukan upaya kuat untuk mendorong pernikahan dan kelahiran, terutama setelah terjadi penurunan populasi yang sangat tajam.
Jumlah pernikahan di Tiongkok telah menurun selama hampir satu dekade, kecuali pemulihan pascapandemi pada tahun 2023. Padahal jumlah pengantin baru meningkat menjadi 7,68 juta pada tahun lalu, yaitu 12,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini masih jauh di bawah puncaknya yaitu 13,47 juta pasangan pada tahun 2013.
Angka perkawinan erat kaitannya dengan angka kelahiran. Semakin banyak perempuan di negara ini yang memilih untuk melajang, di tengah tingginya pengangguran kaum muda dan perlambatan ekonomi.
Menurut data resmi, populasi unik Tiongkok yang berusia 15 tahun ke atas akan mencapai rekor 239 juta pada tahun 2021. Pada tahun yang sama, survei yang dilakukan oleh Liga Pemuda Komunis terhadap sekitar 2.900 pemuda perkotaan yang belum menikah juga menemukan bahwa 44 persen perempuan tidak berniat menikah.
Pada bulan Maret, Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang berjanji bahwa pemerintahnya akan berusaha untuk menciptakan masyarakat yang ramah terhadap kelahiran dan mendorong pembangunan populasi yang seimbang dan berjangka panjang, serta mengurangi biaya persalinan, perawatan anak dan pendidikan.
Menurutnya, negara akan memperbaiki kebijakan peningkatan angka kelahiran dengan memperbaiki kebijakan cuti orang tua, memperbaiki mekanisme pembagian biaya tenaga kerja oleh pemberi kerja dan meningkatkan penyediaan layanan penitipan anak. Saksikan video “Dokter Anjurkan YouTuber Mukbang Rutin Periksa Kesehatan Setiap Bulan” (suc/suc)