Jakarta –
Teriak wisatawan di Desa Gili Meno, Desa Gili Indah, Kecamatan Selamat, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Penyebabnya, mereka sudah 27 hari tidak mendapat air bersih.
Ketua Gili Hotel Association (GHA) Lalu Kusnavan mengatakan, krisis air bersih menyebabkan pengusaha hotel dan restoran di wilayah tersebut merugi Rp 3,5 juta per hari. Ia meminta Pemerintah Daerah Lombok Utara (PEMCAB) segera menyelesaikan masalah tersebut.
Kusnavon mengatakan pada Rabu (19/6/2024): “Bayangkan krisis air ini belum teratasi.”
Menurut Kusnavon, situasi tersebut membuat wisatawan enggan berlibur ke Gili Meno. Ia mengungkapkan, PDAM Amerta Dayan Gunung yang memasok air bersih ke Lombok Utara juga telah menghentikan pasokan air ke Gili Trawangan.
Meski aliran air ke Trawangan normal, yang hilang saat ini adalah Gili Meno, ujarnya.
Kusnavan mengatakan, akibat krisis air tersebut, sekitar 120 operator di wilayah tersebut harus menggunakan air sumur yang dicampur air asin. Ada yang harus membeli air isi ulang untuk minum dan mandi dengan harga Rp 15.000 per galon.
Kepala Dinas Pariwisata NTB, Jamaludin Maladi berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Lombok Utara untuk mencari solusi krisis air di Gilmeno. “PDAM harus selaras dengan startup,” kata Jamal. Masalah hukum juga dapat dikoordinasikan dengan Kejaksaan PDAM dan Polres NTB.
Jamal tak memungkiri krisis air bersih mendorong wisatawan datang ke Gili Meno. Ia menyarankan agar para pengusaha mau bekerja di bidang air bersih.
“Kami sudah menghubungi dan melakukan pertemuan,” kata Jamal.
Saksikan Kemarahan Nenek pada Klong Kung, Dapurnya Runtuh Saat Gempa M 5.5 (sym/sym)