Jakarta –

Program Jalur Laut yang digagas Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memperkecil kesenjangan harga telah berlangsung hampir satu dekade. Program ini diharapkan dapat menurunkan harga bahan pokok di daerah terpencil.

Moga Simatupang, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan menjelaskan, selama ini jumlah data koefisien variasi harga antar daerah mengalami penurunan yang menunjukkan bahwa selisih harga di suatu daerah mengalami penurunan. Koefisien perubahan harga antar daerah mengalami penurunan dari 14,2 poin pada tahun 2015 menjadi 10,25 poin saat ini.

“Dari tahun 2015 hingga tahun 2024, jika dilihat dari rasio perubahan harga sebagai indikator dalam perhitungan kita perbedaan harga antar daerah terjadi penurunan yang signifikan, dari 14,2 pada tahun 2015 menjadi 10,25 pada tahun 2024,” kata Moga. Debat FMB9 disiarkan langsung, Senin (30/9/2024).

Kita berharap rata-rata inflasi nasional saat ini juga berada di bawah target. Ia yakin hal ini juga merupakan keberhasilan program Jalur Laut dalam menjaga harga pangan.

“Targetnya sekitar 1,5-3,5% pada tahun ini, inflasi 2,15% merupakan pencapaian Tol Laut ini,” kata Moga.

Moga menjelaskan, beberapa daerah yang paling terkena dampak anjloknya harga adalah Papua dan Maluku. Beras merupakan salah satu produk pangan yang banyak mengalami penurunan harga.

“Yang jelas Papua, Tanah Tinggi, dan Maluku (yang paling terkena dampak anjloknya harga) karena Jalur Laut tidak hanya menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal besar, tetapi juga dihubungkan dengan transportasi canggih dan jembatan udara. Perbedaan antara beras dan produk ikan bisa dikurangi secara signifikan,” katanya.

Sayangnya, Moga tidak membeberkan daftar penurunan harga pangan akibat Tol Laut. Namun sejauh ini pemerintah mengklaim selisih harga pangan akibat Tol Laut bisa mencapai 30%. (objek/gambar)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *